Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Buruh Perempuan yang Rela Panas-panasan Ikut Demo

Kompas.com - 29/09/2016, 16:20 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Terik matahari yang menyengat kulit tidak menyurutkan langkah buruh perempuan ikut turun ke jalan berunjuk rasa, Kamis (29/9/2016). Rela berpanas-panasan, sejumlah buruh perempuan bergabung dengan banyak buruh pria memperjuangkan tuntutan buruh hari ini.

Para buruh perempuan itu pun ikut berjalan kaki sambil membawa spanduk orasi. Hal ini seperti dilakukan Siti Saano (43), buruh wanita asal KBN, Jakarta Utara. Perempuan itu ikut menyuarakan sejumlah tuntutan buruh hari ini. Panas dan lelah tidak dihiraukan ibu tiga anak itu untuk menyampaikan aspirasi agar didengar pemerintah.

"Ya namanya perjuangan, enggak mandang waktu dan panas. Yang penting memperjuangkan hak kami," kata Siti, di depan Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta Pusat, Kamis siang.

Siti mengatakan, sudah tak terhitung lagi dirinya mengikuti demo. Ia menilai, dirinya beberapa kali merasakan perubahan setelah ikut berunjuk rasa.

"Tentu merasakan, misalnya soal kenaikan upah," ujar Siti.

Baginya, perempuan juga punya hak untuk menyampaikan pendapat, tidak hanya kaum pria. Hal ini dilakukan meski turun ke jalan berisiko dari sisi keselamatan jika terjadi kericuhan.

"Khawatir, sebagai manusia khawatir, tetapi setiap perjuangan tentu ada risiko," ujar Siti.

Tuntutan yang ia dan para buruh lainnya minta yakni agar Pemerintah Provinsi DKI menaikkan upah minimum dengan tambahan Rp 650.000, meminta pemerintah pusat mencabut PP Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, mencabut Undang-Undang Pengampunan Pajak dan lainnya.

"Tax amnesty kami sebagai buruh bayar pajak, tetapi pengusaha dikasih diskon," ujar Siti. (Baca: Buruh Juluki Ahok Bapak Upah Murah karena Jakarta Kalah dari Bekasi dan Karawang)

Senada dengan Siti, Nani (40), buruh wanita lainnya yang ikut unjuk rasa hari ini, tetap semangat mengikuti demo.

"Mau enggak mau kami harus turun karena kami enggak mau menitipkan nasib kami di orang," ujar Nani.

Sudah sering dirinya mengikuti unjuk rasa.

Buruh pabrik metal asal Bekasi itu mengatakan tetap mendapat restu dari keluarga untuk ikut aksi tersebut. Unjuk rasa menurutnya bisa mengubah kebijakan.

"Pengalaman tahun 2012 unjuk rasa, akhirnya ada kenaikan upah," ujar Nani.

Sementara itu, Putri, seorang buruh muda lainnya, juga tak khawatir harus merasakan cuaca panas yang menyengat ketika berunjuk rasa. Ia pun mengaku sudah cukup sering melakukan unjuk rasa.

"Enggak takut panas-panasan, udah biasa," ujarnya. (Baca: Alasan Buruh Minta Pemerintah Cabut UU "Tax Amnesty")

Kompas Video Buruh Menolak PHK
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Megapolitan
Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Megapolitan
Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Megapolitan
Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Megapolitan
Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com