Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Akhirnya Gedung Panin Bintaro Rebah Juga..."

Kompas.com - 17/10/2016, 16:00 WIB

Sore menjelang di kawasan Bintaro Sektor 7, Tangerang Selatan, Sabtu (15/10). Trotoar ramai warga. Ada yang duduk berselonjor ataupun berbincang-bincang dengan orang di sebelahnya. Mereka semua menghadap ke barat, ke arah gedung Panin Bintaro yang dalam proses pembongkaran, tetapi tak kunjung roboh.

Sore itu, sedikitnya 18,5 jam telah berlalu sejak kontraktor pembongkaran gedung Panin memulai proses perobohan gedung. Sejak Jumat (14/10) pukul 22.30, proses perobohan mulai dikerjakan dengan memberikan beban berupa pasir basah di atap gedung.

"Akhirnya gedung Panin Bintaro rebah juga," ucap Teddy Karya Nugraha (51), salah seorang warga Bintaro yang tengah menonton, sambil memperlihatkan foto di telepon pintarnya. Foto itu adalah gambar gedung Panin yang sedang dibongkar, lalu teleponnya ia putar sehingga gambar gedung seperti rebah. "Bukan roboh, baru rebah, ha-ha-ha," ujarnya terkekeh.

Guyonan Teddy itu menggambarkan rasa penasaran sekaligus frustrasi orang-orang yang menyaksikan proses perobohan ini. Awalnya, proses pembongkaran gedung itu disebutkan akan selesai dalam waktu kurang dari sembilan jam. Namun, bahkan hingga hari berganti menjadi Minggu, gedung itu masih tegar berdiri.

Pembongkaran gedung setinggi 86 meter ini memang mengundang perhatian warga. Tak heran mengingat ini adalah pembongkaran gedung jangkung pertama di Indonesia. Selain itu, gambaran gedung sebesar itu roboh seketika juga diangankan jadi pemandangan spektakuler.

Sejak Jumat malam, warga berduyun-duyun melihat proses pembongkaran. "Saya datang sejak (Jumat) malam, lalu pulang lagi ke rumah. (Sabtu) pagi datang lagi karena (katanya) jadwalnya pukul 06.00 akan roboh. Yang menarik itu, kan, pas gedungnya roboh. Selain itu agar prosesnya cepat selesai," ujar Teddy, warga Bintaro.

Erwin (49), pengunjung lain, datang bersama anak bungsunya, Fajar (9), sejak Sabtu pukul 09.00. Dia baru tidur beberapa jam karena malam harinya juga begadang menonton proses pengangkatan karung-karung pasir hingga pukul 04.00 dini hari. "Anak ini (Fajar) nagih melulu. Udah gak sabar pengen lihat gedung roboh," kata warga Pondok Aren, Tangsel, itu.

Selain ingin melihat robohnya gedung, tambah Erwin, dirinya juga penasaran dengan teknik merobohkan gedung tinggi seperti ini. Sebab, ketika melihat tayangan perobohan gedung di negara lain melalui televisi, merobohkan gedung itu cepat dengan memakai dinamit.

Sejumlah celetukan warga terdengar saat menunggu robohnya gedung, dari yang ilmiah hingga yang bercanda sampai yang berbau-bau mistis.

"Tekniknya sih canggih, tetapi penghuni gedungnya lebih canggih, tuh, he-he-he," ujar seorang petugas satpam gedung perkantoran di seberang gedung Panin itu.

Ratusan warga yang datang itu pun menjadi ladang bagi pedagang. Medi (35), pedagang siomai, mengatakan, 600 buah siomainya ludes terjual hanya dalam waktu beberapa jam. Dia berjualan Sabtu, pukul 16.30-21.00, di depan Bursa Mobil Bintaro, sekitar 200 meter dari gedung Panin.

"Saya lihat spanduk di jalan ada perobohan gedung. Kayaknya bakal banyak orang, nih. Saya sudah nambah jumlah siomai 200 buah lebih banyak, eh ternyata habis," kata Medi berseri-seri.

Teknik pemberatan

Proses pembongkaran gedung ini dilakukan dengan teknik pemberatan (overload). Awalnya, target beban yang ditumpukkan ke lantai paling atas gedung hanya 50 ton. Namun, hingga Minggu malam, sudah 180 ton beban di puncak gedung!

Setiap proses pengangkutan satu karung yang berisi sekitar 1 ton dari jalanan di dasar gedung hingga atap membutuhkan waktu 5-7 menit. Dalam lima kali proses pengangkatan hingga tali baja crane turun kembali, Kompas mencatat waktu paling cepat adalah 5 menit 56 detik dan paling lama 7 menit 54 detik per satu pengangkatan.

Sampai Minggu malam, gedung belum roboh jua. Warga yang semula antusias pun mulai bosan, lantas beringsut meninggalkan sekitaran gedung. (WAD/JAL/UTI/C05)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Oktober 2016, di halaman 27 dengan judul ""Akhirnya Rebah Juga..."".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Tahun Kasus Pembunuhan SIswi SMK di Bogor Belum Terungkap, Polisi Masih Cari Bukti Kuat

5 Tahun Kasus Pembunuhan SIswi SMK di Bogor Belum Terungkap, Polisi Masih Cari Bukti Kuat

Megapolitan
Ingin Gabung Jaklingko, Para Sopir Angkot di Jakut Desak Heru Budi Tanda Tangani SK

Ingin Gabung Jaklingko, Para Sopir Angkot di Jakut Desak Heru Budi Tanda Tangani SK

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Terobsesi Jadi Anggota Polri, tapi Gagal Lolos Saat Tes

Polisi Gadungan di Jaktim Terobsesi Jadi Anggota Polri, tapi Gagal Lolos Saat Tes

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Anak Bersetubuh dengan Pacar untuk Kepuasan Diri

Ibu di Jaktim Rekam Anak Bersetubuh dengan Pacar untuk Kepuasan Diri

Megapolitan
Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua Dibuka, Dirut PPJ: Pedagang dan Warga Senang

Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua Dibuka, Dirut PPJ: Pedagang dan Warga Senang

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Diduga Dicabuli Teman Sekelas hingga Hamil

Siswi SLB di Jakbar Diduga Dicabuli Teman Sekelas hingga Hamil

Megapolitan
Frustrasi Dijauhi Teman Picu Siswa SMP Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Frustrasi Dijauhi Teman Picu Siswa SMP Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Ulah Polisi Gadungan di Jaktim, Raup Jutaan Rupiah dari Hasil Memalak Warga dan Positif Narkoba

Ulah Polisi Gadungan di Jaktim, Raup Jutaan Rupiah dari Hasil Memalak Warga dan Positif Narkoba

Megapolitan
Jukir Liar Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Pengamat: Itu Lahan Basah dan Ladang Cuan bagi Kelompok Tertentu

Jukir Liar Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Pengamat: Itu Lahan Basah dan Ladang Cuan bagi Kelompok Tertentu

Megapolitan
Darurat Pengelolaan Sampah, Anggota DPRD DKI Dukung Pemprov Bikin 'Pulau Sampah' di Jakarta

Darurat Pengelolaan Sampah, Anggota DPRD DKI Dukung Pemprov Bikin "Pulau Sampah" di Jakarta

Megapolitan
Peringatan Pemkot Bogor ke Pengelola Mal, Minta Tembusan Pasar Jambu Dua Tidak Ditutup Lagi

Peringatan Pemkot Bogor ke Pengelola Mal, Minta Tembusan Pasar Jambu Dua Tidak Ditutup Lagi

Megapolitan
Polisi Tangkap Maling Motor Bersenpi Rakitan di Bekasi, 1 Orang Buron

Polisi Tangkap Maling Motor Bersenpi Rakitan di Bekasi, 1 Orang Buron

Megapolitan
Pemkot Bogor Buka Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua, Pengelola Mal: Bukan Jalan Umum

Pemkot Bogor Buka Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua, Pengelola Mal: Bukan Jalan Umum

Megapolitan
Penumpang Lebih Pilih Naik Jaklingko, Sopir Angkot di Jakut Selalu 'Nombok' Setoran

Penumpang Lebih Pilih Naik Jaklingko, Sopir Angkot di Jakut Selalu "Nombok" Setoran

Megapolitan
Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com