Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Harapkan RI-Amerika Saling Belajar Keberagaman

Kompas.com - 17/10/2016, 23:23 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com--Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan para cendekiawan Indonesia dan Amerika Serikat dapat saling belajar bagaimana masyarakat dan pemerintah dapat hidup berdampingan dalam keberagaman agama.

"Saya harap Anda semua memperoleh diskusi yang bermanfaat dan saling belajar tentang realitas Islam dan hubungan antarkomunitas religius di Indonesia," kata Wapres Jusuf Kalla di Auditorium Kantor Wakil Presiden, Jakarta.

Pernyataan tersebut disampaikan Jusuf Kalla saat menerima tokoh-tokoh dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan cendekiawan lintas agama dari Seminari Hartford, Connecticut, Amerika Serikat, di Kantor Wapres, Jakarta, Senin.

Menurut Wapres, Indonesia dapat menjadi contoh bagaimana pemerintah mempraktikkan harmonisasi keberagaman melalui berbagai aspek kepada rakyatnya, antara lain tampak dalam hari libur nasional, pemilihan menteri kabinet dan kepala daerah.

"Indonesia punya 15 hari libur nasional, 12 di antaranya bersifat keagamaan, hanya tiga yang bersifat nasional, yaitu Hari Kemerdekaan, Tahun Baru, dan Hari Buruh, dan masing-masing agama rata-rata memiliki dua hari libur, bahkan Konfusianisme China punya satu hari libur," tuturnya.

Wapres menambahkan, Indonesia juga memiliki 34 kepala daerah yang memimpin tiap-tiap provinsi dan sebagian dari mereka adalah orang non-Muslim.

"Tidak masalah, kami menerimanya karena itu demokrasi," kata JK.

Aspek lain, JK menggarisbawahi bahwa telah dua kali dalam posisinya sebagai wakil presiden, dirinya ikut membentuk kabinet yang menterinya terdiri atas berbagai pemeluk agama di Indonesia, yakni Buddha, Hindhu, Islam, Katolik, Kristen, dan Konfusianisme.

"Di kabinet yang sekarang, sepuluh orang dari 35 menteri yang menjabat adalah non-Muslim, dan itu tidak apa-apa, Anda bisa lihat hal seperti ini tidak terjadi di Thailand, Filipina, Denmark, dan negara lainnya," tuturnya.

Secara khusus, Wapres membandingkan kondisi di Indonesia dengan di Amerika Serikat yang hanya memiliki hari libur Natal untuk umat Kristen, sementara hari raya agama lainnya tidak secara resmi menjadi hari libur nasional.

"Oh ya, New York merayakan Idul Fitri, tapi itu masih termasuk satu persen atau dua persen dari Amerika? Saya tidak tahu," kata dia.

Oleh karena itu, Wapres mengharapkan agar para cendekiawan Indonesia dan Amerika dapat saling belajar bagaimana cara menjaga kehidupan di antara masyarakat yang beragam.

Selain berdialog dengan Wapres RI, puluhan cendekiawan Indonesia-Amerika tersebut juga mengunjungi kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta, Universitas Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Seminari Hartford adalah universitas tertua di Amerika yang memiliki program studi Islam dan Relasi Antar-Islam dan Kristen.

Universitas yang sudah berusia 195 tahun tersebut, juga merupakan perguruan tinggi pertama yang memiliki mata kuliah Bahasa Arab di Amerika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com