Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Ada Pungli yang Dilakukan Calo di TPU Utan Kayu

Kompas.com - 26/01/2017, 20:53 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah kasus makam fiktif mereda, muncul isu tak sedap mengenai praktik calo yang melakukan pungutan liar di area Tempat Pemakaman Umum (TPU) Utan Kayu, Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur.

Praktik calo ini terendus setelah korbannya buka suara. Kabarnya, korban ini diminta membayar Rp 4,5 juta untuk urusan pemakaman.

Seorang pekerja harian lepas (PHL) di TPU Utan Kayu membenarkan adanya kasus dugaan pungli tersebut.

(Baca juga: Djarot Yakin Saat Ini Tidak Ada Lagi Pungli dalam Pelayanan Publik di Jakarta)

Menurut dia, pelakunya adalah seorang calo yang belakangan diketahui berinisial S.

"S itu calo, bukan PHL atau perawat makam, tetapi dia calo di sini, biasa ngurusin masalah aksesoris pemakaman," kata PHL yang enggan disebutkan namanya kepada Kompas.com, Kamis (26/1/2017).

Aksesoris yang dia maksud yakni urusan tenda, bangku, atau nisan yang disewa atau dijual kepada ahli waris saat hendak melakukan penguburan.

S juga diduga mengurusi masalah pencarian lapak kubur. Namun, PHL yang sudah bekerja belasan tahun di TPU Utan Kayu itu membantah S mengurusi urusan penggalian kubur.

Urusan penggalian kubur, kata dia, jadi wewenang PHL. Pria ini mengatakan, dari yang dia dengar, S beroperasi bersama dua orang lainnya menjadi calo di pemakaman ini.

S diduga sudah lama menjalankan praktik tersebut. "Dia itu orang sini, warga sini," ujarnya.

Soal tarif calo ini, ia tak tahu persis. Namun, soal kabar di media massa yang sudah memberitakan bahwa korbannya dipungut uang Rp 4,5 juta, ia mendengar nilai yang diterima S justru di bawah itu, entah karena belum dibayar penuh atau faktor lainnya.

"Saya dengar (pelakunya) baru dikasih Rp 500.000," ujarnya. Sebagai PHL yang sudah cukup lama bekerja di TPU tersebut, ia sungkan untuk menegur atau melarang S melakukan praktiknya.

"Wah, enggak berani kita begitu. Bisa galakan dia," ujarnya. Ia menyayangkan jika benar terbukti S melakukan pungli. "Ya prihatin saja kita," ujarnya.

(Baca juga: 14 Makam Fiktif d TPU Penggilingan Dibongkar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

Megapolitan
Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Megapolitan
Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Megapolitan
Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Megapolitan
BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

Megapolitan
Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Megapolitan
Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Megapolitan
KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

Megapolitan
BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

Megapolitan
Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Megapolitan
Bus Transjakarta Bisa Dilacak 'Real Time' di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Bus Transjakarta Bisa Dilacak "Real Time" di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Megapolitan
Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Megapolitan
Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Megapolitan
KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com