Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stasiun Depok Lama Dikirimi Benda Mirip Bom Rakitan

Kompas.com - 02/07/2013, 18:52 WIB
DEPOK, KOMPAS.com - Dua hari diberlakukannya tarif progresif dan e-ticketing, Stasiun Depok Lama mendapat teror dengan ditemukannya benda mencurigakan. Benda tersebut berupa bungkusan makanan khas Cianjur, moci, yang dibungkus kertas koran dan sampul cokelat serta dimasukkan ke plastik.

Setelah diidentifikasi oleh Tim Gegana Brimob Kelapa Dua dan bungkusan itu dibuka, isinya adalah benda-benda mirip bahan baku bom rakitan. Di antaranya adalah jam tangan merk Sophie Martin, dua aki kering berwarna putih, dan kabel berwarna biru.

"Mendapatkan laporan dari petugas Stasiun Depok Lama ada benda mencurigakan, kami segera meluncur. Lalu kami hubungi Tim Jihandak. Usai dicek, dicurigai dapat meledak. Setelah diidentifikasi ternyata berisi dua batrei, jam tangan, kabel. Semua benda itu tidak berfungsi alias rusak," kata Kapolsek Pancoran Mas, Kompol Purwadi, Selasa (2/7/2013).

Menurut Purwadi, tampaknya orang yang meletakkan benda itu sengaja atau iseng dengan tujuan meresahkan. "Saat ini kami masih menyelidiki untuk mengetahui orang iseng itu yang sengaja ingin meresahkan warga di Stadela," ujarnya.

Sementara itu, Humas Daop I, Sukendar Mulya sangsi jika penemuan benda mencurigakan itu bertujuan meneror karena berkaitan dengan tarif progresif dan e- ticketing. "Tidak-lah.. tarif progresif itu kan meringankan penumpang dan e-ticketing itu untuk menertibkan dan mempermudah penumpang juga," tuturnya.

Atas kejadian itu, lanjutnya, pihaknya akan lebih ketat lagi melakukan pengamanan di stasiun-stasiun.

Benda mencurigakan itu pertama kali ditemukan oleh seorang, Warta. Benda itu ditemukan di peron 2 arah Bogor. Pemulung itu kemudian melaporkan temuannya itu ke petugas Stadela.

Penemuan benda itu menghebohkan warga setempat dan para penumpang di Stadela. Mereka pun memadati Stadela untuk mengetahui benda tersebut bom atau tidak. Meski begitu perjalan KRL tidak terganggu atas peristiwa itu.

Perjalanan KRL terganggu karena pantograf di Cilebut, Bogor patah. "Perjalanan KRL terganggu karena pantograf di Cilebut patah. Di Cilebut terjadi hujan lebat," kata Kepala Stasiun Cilebut, Daribet Piliang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com