Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketidakdisiplinan Seharga Rp 4 Miliar Berujung Jaminan Rp 5.000

Kompas.com - 23/08/2013, 06:03 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) menerapkan sistem tiket harian berjaminan (THB) sejak Kamis (22/8/2013). Dengan THB ini, selain membayar biaya perjalanan Rp 2.000 per lima stasiun dan Rp 500 per tiga stasiun berikutnya, penumpang juga dikenakan biaya lain, yaitu uang jaminan Rp 5.000.

Uang jaminan dibayarkan penumpang di stasiun keberangkatan. Tujuan penerapan THB memang dilatarbelakangi ketidakdisiplinan penumpang yang membawa pulang kartu ke rumah sehingga menyebabkan hilangnya 800.000 tiket single trip dan kerugian hingga Rp 4 miliar pasca-diluncurkan per 1 Juli 2013 yang lalu. Adapun harga Rp 5.000 merupakan harga produksi kartu.

Kartu THB hanya berbentuk kartu putih dengan tulisan berwarna hitam, tanpa desain apa pun. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada penumpang yang tertarik untuk mengoleksinya.

"Kartunya biasa supaya tidak ada yang tertarik bawa pulang. Saya yakin walaupun boleh dibawa pulang, tidak bakal ada yang mau mengoleksi," kata Kepala Humas Daops I PT KAI (Perusahaan Induk PT KCJ) Sukendar Mulya saat dihubungi Kompas.com, Kamis petang.

Menimbulkan pro-kontra

Pada hari pertama, penerapan THB mendapat respons beragam dari masyarakat. Ada yang setuju, ada juga yang tidak. Penumpang yang tidak setuju menganggap THB merepotkan. Hal itu karena setelah turun dari kereta, penumpang harus mengambil lagi uang jaminan sebesar Rp 5.000 di loket stasiun kedatangan.

"Ribet, ah Mbak, yang ini (THB). Meski ngantri lagi ngambil duit yang Rp 5.000. Yang kemarin (single trip) aja udah antri-antri gitu pas mau keluar," kata Rusminah di Stasiun Cawang.

Sementara itu, penumpang lain bernama Widyatmoko (47) menganggap bahwa penerapan TBH tepat. Hal itu dimaksudkan untuk mendidik masyarakat agar lebih jujur dan bertanggung jawab. "Jujur dan bertanggung jawab supaya tidak ada lagi yang bawa pulang tiket, kayak kasus tiket single trip," katanya.

Namun, dia juga mengharapkan agar PT KCJ lebih banyak lagi melakukan sosialisasi agar penggunaan tiket harian berjaminan tidak terasa memberatkan. Ini karena uang jaminan Rp 5.000 sebenarnya tidak harus diambil pada saat hari ketika kita membeli tiket.

PT KCJ sebenarnya memang memberikan kelonggaran bahwa jika tidak diambil pada hari penggunaan tiket, uang jaminan masih dapat diambil maksimal dalam 7 hari ke depan. Selama 7 hari, penumpang yang belum mengambil uang jaminannya masih dapat membeli tiket tanpa harus membayar uang jaminan lagi. Dengan pemahaman tersebut, diharapkan tidak ada lagi antrean panjang di depan loket stasiun.

Sukendar menjelaskan, jika penumpang masih menggunakan KRL untuk beraktivitas pada esok harinya, maka tidak masalah jika uang jaminan tidak diambil dahulu. Penumpang pun tidak akan dikenakan uang jaminan lagi jika membeli tiket pada keesokan harinya.

"Kalau besok masih naik KRL lagi, tidak perlu dikembalikan dulu tidak apa-apa. Kan supaya tidak ada (antrean) yang seperti ini. Kecuali kalau besoknya tidak akan naik KRL lagi," ujarnya.

Sebenarnya ada sebuah pilihan bagi penumpang yang malas untuk mengantre di loket, yaitu menggunakan tiket multi-trip. Dengan sistem tiket saldo ini, penumpang tak perlu lagi membeli tiket di depan loket, tetapi tinggal masuk ke gerbang elektronik dengan menempelkan tiket atau tapping. Nantinya saldo akan berkurang sesuai penggunaan tiket.

Adapun isi ulang kartu tersedia di semua stasiun KRL Jabodetabek. Kartu perdana multi-trip dijual seharga Rp 20.000. Isi ulang kartu tersedia dalam beberapa nominal, mulai dari Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 20.000, Rp 50.000, dan dapat diisi sampai saldo maksimal sebesar Rp 1 Juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com