Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Panjang di Rumah Sakit Sumber Waras

Kompas.com - 20/10/2013, 18:29 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Konflik internal antara dewan direksi rumah sakit dan beberapa karyawan menjadi polemik panjang manajemen di RS Sumber Waras. Kondisi dimulai sejak Desember Tahun 2012, yang diawali dengan niat sekelompok karyawan yang berkeinginan membentuk serikat pekerja, selain serikat pekerja tingkat perusahaan.

Keinginan sekelompok karyawan itu kemudian ditolak oleh perusahaan. Sejak saat itu, terjadi ketidakharmonisan antara karyawan dengan manajemen RS.

Karyawan pun meminta menaikkan upah minimum pekerja (UMP) 2013. Namun, pihak RS tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut.

Menurut pengakuan Abraham Tedjanegara, Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Sumber Waras, pada saat itu, situasi finansial RS dalam keadaan defisit. Pasien kelas 3 hanya berjumlah 40 orang, sedangkan jumlah seluruh karyawan ada 650 orang. Selain harus menggaji karyawan, manajemen juga harus membayar listrik setiap bulannya sekitar Rp 200 juta.

Pada akhirnya, pihak manajemen RS memenuhi UMP 2013 karena mengikuti peraturan UU yang berlaku. Namun, pihak karyawan justru meminta upah tambahan. Pihak RS merasa tidak mampu memenuhi permintaan tersebut.

Kemudian, dilakukan koordinasi dengan Depnaker dan ditemukan solusi mengenai masalah upah tambahan tersebut sesuai kebijakan perusahaan.

Pada 27 Maret 2013, terjadi demo dari sekelompok karyawan, yang disertai pengusiran terhadap direktur umum pada saat berlangsung rapat dengan direktur utama. Sekelompok karyawan tersebut kemudian diberikan SP3 pada 23 September 2013. Surat peringatan teryata tidak dihiraukan, hingga berujung PHK kepada delapan orang pada 1 Oktober 2013.

Delapan orang karyawan tersebut adalah pencetus serikat buruh di RS Sumber Waras. Mereka terdiri dari dua orang apoteker, yaitu Rusdi dan Elsina, seorang petugas sekuriti bernama Sri Rahayu, seorang petugas administrasi bernama Darotin, seorang perawat pelaksana bernama Kandace Napitupulu, serta tiga orang perawat bernama Putri, Indah, dan Rosna.

Berdasarkan surat pemecatan yang  ditandatangani oleh Direktur RS Jan Djukardi, kedepalan karyawan tersebut dinilai telah melakukan beberapa pelanggaran, seperti mogok kerja yang tidak sah, masuk kerja terlambat, dan pulang sebelum waktunya.

Buntut dari PHK tersebut, pada 2 Oktober 2013, 70 karyawan RS melakukan unjuk rasa menuntut pihak rumah sakit mencabut surat PHK terhadap delapan rekan mereka yang di PHK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com