Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari Separuh PNS DKI Belum Lapor Harta Kekayaan

Kompas.com - 30/10/2013, 15:10 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Cahya Hardianto Harefa mengatakan, lebih dari separuh pegawai negeri sipil (PNS) DKI belum melaporkan harta kekayaan mereka. Hal ini disampaikan Cahya saat memberikan pengarahan dalam Semiloka Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Korupsi Pemprov DKI Jakarta di Balaikota Jakarta.

"52 persen PNS DKI belum lapor harta kekayaan mereka ke LHKPN. Tolong segera ditindaklanjuti," kata Cahya di Balaikota Jakarta, Rabu (30/10/2013).

Cahya mengatakan, untuk menjadi pejabat publik dan contoh yang baik bagi masyarakat, maka PNS harus bersedia diperiksa harta kekayaannya. Dalam pengarahannya, Cahya memaparkan berbagai data tindak pidana korupsi (tipikor) yang telah ditangani oleh KPK pada tahun 2004-2013. Data tipikor itu meliputi 9 gubernur, 34 wali kota dan Bupati, serta 134 pejabat eselon I, II, dan III.

Dengan banyaknya kasus yang menimpa para pejabat daerah itu, Cahya menyatakan bahwa tidak ada kekebalan hukum bagi pejabat publik. Ia menyebutkan, Pemprov DKI sudah memperoleh hasil baik dalam pelaksanaan tata kelola keuangan. Berdasarkan Indonesia Government Index, DKI Jakarta menunjukkan nilai 6,37 atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional sebesar 5,7. Namun, peringkat Jakarta masih berada di bawah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Timur.

Dalam pengelolaan anggaran 2012, Jakarta juga menerima predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Cahya menilai opini WTP bukan berarti Pemprov DKI tidak lagi mengupayakan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan korupsi. Oleh karena itu, menurut dia, tindak pidana korupsi harus dicegah dengan meningkatkan tata kelola lebih baik lagi. "Kita telaah lebih lanjut, mana yang korupsi dan mana yang bukan," ujar Cahya.

Sementara itu, dari sisi pengaduan masyarakat, Pemprov DKI juga termasuk provinsi yang telah banyak menindaklanjuti pengaduan masyarakat. Melalui pengaduan tersebut, bukan berarti banyak korupsi di Jakarta. Hal itu menunjukkan warga peduli dengan kinerja Pemprov DKI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com