Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target Penyerapan Anggaran Jokowi pada 2013 Meleset...

Kompas.com - 24/12/2013, 09:04 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Target Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo soal penyerapan anggaran di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebesar 98 persen, meleset. Hingga jelang tutup tahun anggaran 2013, total jumlah penyerapan anggaran masih 71,17 persen.

"Saat ini masih 71,17 persen. Lengkapnya, akhir tahun baru kita bisa lihat," ujar Jokowi di Balaikota, Senin (23/12/2013) kemarin.

Kendati lolos dari target, Jokowi mengaku tidak terlalu kecewa. Sebab, perkiraan penyerapan anggaran tidak jauh dari target. Hingga tutup anggaran pada 30 Desember 2013 mendatang, dia menargetkan penyerapan anggaran 90 hingga 95 persen. Proyek yang tak selesai pun akan dianggarkan lagi tahun depan.

Jokowi mengaku belum mendapatkan laporan menyeluruh soal penyebab penyerapan anggaran yang tidak sesuai target dari para kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dia berharap para kepala SKPD dapat memberikan laporan segera mungkin.

"Harus ada alasan yang sangat kuat kenapa penyerapan rendah. Kalau alasannya misalnya ada kendala lapangan, seperti sengketa lahan, masih bisa diterima. Tapi kalau belum karena pekerjaannya yang enggak beres, berarti itu ada masalah di sananya," ujarnya.

Jika menemukan adanya kepala SKPD yang tidak cakap bekerja, Jokowi tak ragu mengevaluasinya atau menggantinya.

Penyebab serapan rendah

Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah DKI Jakarta Endang Wijayanti memprediksi APBD2013 menyisakan anggaran hingga 15 persen atau sekitar Rp 7 triliun. Sejauh ini, lanjut Endang, dia belum menemukan adanya penyerapan rendah lantaran SKPD tak bekerja dengan baik. Rata-rata, hal itu akibat kendala teknis.

"Yang paling besar menyumbang serapan rendah itu persoalan tanah. Pembebasan lahan untuk kepentingan publik terhambat karena di pertengahan proses ada sanggahan, ada sengketa dan lain-lain sehingga anggaran tidak jadi terserap ke sana," ujarnya.

Penyebab kedua, yakni penawaran dari pihak ketiga yang rendah daripada yang dianggarkan. Hal tersebut, lanjut Endang, membuat jumlah sisa lebih penggunaan anggaran jadi cukup membengkak.

Kendati demikian, Endang menegaskan pembangunan di Jakarta belum selesai begitu saja. Hingga tutup anggaran, jajaran SKPD telah berkomitmen untuk melaksanakan proyek pembangunan di seluruh sektor, seperti normalisasi sungai, waduk serta saluran penghubung, penataan trotoar, pembangunan rusun dan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DPW PSI Terima Berkas Pendaftaran Achmad Sajili sebagai Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

DPW PSI Terima Berkas Pendaftaran Achmad Sajili sebagai Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Megapolitan
Protes Iuran Tapera, Karyawan Swasta: Kami Sudah Banyak Potongan!

Protes Iuran Tapera, Karyawan Swasta: Kami Sudah Banyak Potongan!

Megapolitan
Pegi Jadi Tersangka, Kakak Kandung Vina: Selidiki Dulu Lebih Lanjut!

Pegi Jadi Tersangka, Kakak Kandung Vina: Selidiki Dulu Lebih Lanjut!

Megapolitan
Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana terhadap 4 Anak Kandungnya

Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana terhadap 4 Anak Kandungnya

Megapolitan
Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Megapolitan
'Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise'

"Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise"

Megapolitan
Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Megapolitan
Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Megapolitan
Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Megapolitan
Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Megapolitan
Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Megapolitan
Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Megapolitan
Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Megapolitan
Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: 'Don't Worry'

Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: "Don't Worry"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com