Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Idi dan Tri Tetap Menikah di Tengah Suasana Banjir

Kompas.com - 13/01/2014, 15:38 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Musibah banjir tak menyurutkan tekad Idi Mamet (23) dan Tri Yuliani (23) untuk mengabadikan cinta mereka dalam ikatan pernikahan. Di bawah tenda di tepi Sungai Angke yang tengah meluap, keduanya berjanji sehidup semati dalam jalinan rumah tangga.

Idi dan Tri sudah menjalin asmara sejak keduanya masih duduk di kelas VI sekolah dasar. Keduanya sama-sama bersekolah di SD Negeri 10 Kedoya Utara Pagi.

Setelah sama-sama bekerja dan 12 tahun berpacaran, keduanya memutuskan untuk menikah hari ini. Padahal, tempat tinggal mereka di RT 13 RW 02, Kelurahan Kedoya, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, masih tergenang air akibat luapan Sungai Angke.

Rumah keduanya berkedekatan. Akibat banjir, Tri terpaksa mengungsi untuk berdandan. Ia harus kembali lagi ke rumahnya dengan cara digendong. "Saya dandan di rumah saudara saya, tak jauh dari lokasi pernikahan. Makanya, digendong saja ke pelaminannya," kata Tri yang digendong kakaknya.

Tri adalah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Muchtar (54) dan Katerina Peni (43). Kini ia bekerja di sebuah pabrik garmen di Jelambar, Jakarta Barat. Adapun Idi bekerja sebagai sopir di sebuah produk bumbu masakan.

Keduanya menikah secara sederhana. Tenda pernikahan dipesan memanjang di gang sempit di tengah permukiman padat yang mereka huni. Lokasi tenda pernikahan bersebelahan dengan Sungai Angke. Di ujungnya ada panggung untuk organ tunggal, sedangkan pelaminan berada di bawah.

Ada dinding tebal untuk tanggul sungai di dekat tenda itu. Namun, karena air sungai lebih tinggi dari lokasi tenda sehingga air tetap membasahi lingkungan di sekitar sungai. Tinggi air di sana mencapai 70 cm atau sepaha orang dewasa.

WARTA KOTA/NUR ICHSAN Meski banjir menghadang, keluarga dan tetangga kedua mempelai tetap sumringah sembari membawa sejumlah barang seserahan Idi Mamet untuk kekasih hatinya.

Akibat banjir itulah, pemain organ tunggal membatalkan perjanjian. "Dia batalkan pagi-pagi saat melihat jalan masuk ke sini banjir," ujar Tri.

Tetangga pengantin kemudian berinisiatif menyiapkan dua speaker besar. Speaker itu diletakkan di atas meja reyot dan diikat. Aliran listrik diambil dari salah satu rumah warga untuk menyalakan musik dari CD player. Alunan lagu dangdut pun menggantikan organ tunggal. Tempat duduk pengantin akhirnya dipindahkan ke panggung, yang sedianya digunakan untuk organ tunggal.

Sampai siang ini, panggung itu masih terus dihias. Kursi berserakan di mana-mana. Pengantin duduk dengan kursi tak tertata. Orang hilir mudik di atas panggung, padahal tamu terus berdatangan.

Dalam pernikahan mereka, pasangan ini menyebar 1.200 undangan. Tamu harus menarik tinggi-tinggi celana dan rok mereka untuk mengambil makanan di meja-meja yang telah disediakan. Mereka makan sambil berdiri atau naik ke meja-meja di pinggir tenda pengantin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok Saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok Saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Megapolitan
Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com