Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Perbaikan Jalan, Ruas Lenteng Agung Timur Diberlakukan "Contraflow"

Kompas.com - 10/02/2014, 12:41 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com—Aparat Satuan Lalu Lintas Polresta Depok memberlakukan sistem lawan arus atau contraflow mulai dari Kelapa Dua sampai dengan pintu pelintasan sebelum stasiun kereta Universitas Pancasila (UP), Depok, Jawa Barat, Senin (10/2/2014). Contraflow diberlakukan karena adanya perbaikan di Jalan Lenteng Agung Barat, tepat di kolong jembatan, tidak jauh dari pintu masuk Universitas Indonesia.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, pada Senin pagi perbaikan sudah dilakukan di separuh jalan dengan menempelkan hotmix. Permukaan jalan itu mengalami kerusakan dan banyak berlubang hampir setiap 100 meter. Kondisi itu terjadi sejak beberapa pekan belakangan pada saat musim hujan.

Petugas kepolisian mengatur lalu lintas yang melewati jalur yang tengah diperbaiki tersebut. Untuk menghindari kemacetan, polisi mengalihkan arus kendaraan dari Jalan Raya Margonda, tepat di jalur bercabang yang mengarah ke Kelapa Dua dan Lenteng Agung. Jalur kiri arah Kelapa Dua diberlakukan contraflow melalui Jalan Raya Lenteng Agung Timur untuk pengendara yang mengarah ke Jakarta. Kendaraan dari arah Jakarta menuju Depok mesti berbagi jalur arus lalu lintas yang dialihkan menuju Jakarta.

Polisi juga memasang marka jalan sebagai pembatas di tengah-tengan Jalan Raya Lenteng Agung Timur. Jalur contraflow berakhir di depan KCF Srengseng Sawah, masuk kembali di Jalan Raya Lenteng Agung Barat melalui pintu pelintasan kereta sebelum Stasiun Universitas Pancasila.

Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Depok Komisaris Kristanto Yoga mengatakan, faktor pertama karena intensitas kepadatan kendaraan dari Depok menuju Jakarta pada pagi hari. Faktor kedua diberlakukan sistem contraflow adalah adanya perbaikan jalan yang tengah dilakukan di kolong jembatan UI tersebut.

"Oleh karena itu, kita melakukan contraflow dari Jalan Margonda melalui Simpang Tumenggung lurus kemudian keluar di Tugu Buku, dari Tugu Buku ke kanan melawan arah sampai Gardu Zicon," ujar Kristanto kepada Kompas.com, Senin pagi.

Kristanto mengatakan, jalur contraflow ini diberlakukan sepanjang 1 kilometer. Sistem contraflow akan diberlakukan mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 10.00. "Kalau waktu berakhir contraflow itu tentatif. Karena pukul 09.30 arus (ke Jakarta) bisa saja sudah habis, tetapi kita berharap sebelum pukul 09.00 arus bisa tersedot. Kalau normalnya, kepadatan itu tidak ada," ujar Kristanto.

Kerap macet

Lalu lintas di ujung Jalan Raya Margonda arah Lenteng Agung itu kerap mengalami kemacetan karena perbedaan lebar jalan. Jalan Raya Margonda memiliki jalur cukup luas, tetapi menyempit saat berada di ujung sebelum menaiki jembatan UI. Akibatnya, kemacetan pada jam sibuk kerap terjadi hingga setengah kilometer atau lebih.

Kemacetan di Jalan Raya Margonda Depok bisa terjadi karena berbagai hal. Penelusuran Kompas.com, selain karena faktor bottle neck, angkutan umum juga kerap menjadi penyebab kemacetan di sana. Banyak angkot mengetem di depan gang Stasiun Pondok Cina dan gang Stasiun UI. Faktor lain karena penyeberang di dua gang tersebut, sementara belum tersedia fasilitas penunjang seperti jembatan penyeberangan orang. Oleh karenanya, kendaraan harus berbagi dengan penyeberang yang akan melintas.

Beberapa jembatan penyeberangan di Kota Depok kini sudah dibangun. Hal itu antara lain tampak di depan Kantor Wali Kota Depok dan depan Terminal Depok. Namun, warga masih kerap menyeberang jalan jauh dari lokasi jembatan penyeberangan dan hal itu menimbulkan kemacetan. Hanya jembatan penyeberangan di depan Terminal Depok yang dirasa cukup membantu.

Penyebab lain kemacetan di lokasi itu karena adanya putaran balik setelah Margo City untuk kembali baik ke arah Kelapa Dua atau ke arah Jakarta. Angkot pun kerap mengetem baik di Detos maupun di Margo City yang menjadi pusat perbelanjaan di Depok tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com