Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengguna Kereta bagai Kehilangan Rasa Kemanusiaan

Kompas.com - 19/02/2014, 15:55 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Berdesakan di dalam kereta dengan sesama pengguna lain serta saling sikut saat hendak masuk gerbong adalah pemandangan yang lumrah terjadi pada sebagian pengguna kereta komuter di Jakarta. Dewi, salah satu pelanggan kereta komuter, mengatakan, dalam situasi demikian, pengguna kereta bagai kehilangan rasa kemanusiaannya.

"Bayangkan saja, orang mau masuk gerbong sikut-sikutan. Situasi ini membuat para pengguna kereta kehilangan rasa kemanusiaannya," ujarnya dalam Diskusi Pengguna Kereta Komuter dengan Pengelola KCJ yang diselenggarakan Ombudsman Indonesia di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, Rabu (19/2/2014).

Dia menyayangkan, masyarakat Indonesia yang dikenal ramah dan baik hati seketika berubah beringas hanya untuk memasuki gerbong kereta atau mencari duduk di dalam gerbong.

Ombudsman Indonesia mencatat beragam masalah yang kerap terjadi pada moda transportasi massal ini. Beberapa keluhan pelanggan kereta komuter itu meliputi keterlambatan, gangguan persinyalan, matinya penyejuk ruangan di dalam gerbong, tidak adanya pemecah kaca untuk keselamatan, suara pengumuman kurang jelas, serta persoalan petugas penjaga gerbong. "Keluhan dari teman-teman, petugas sering tidak menjaga full sampai stasiun di Bogor. Mereka turun di stasiun transit Pondok Cina," kata Ketua Ombudsman Indonesia Danang Girindrawardhana. Selain itu, ada pula permasalahan fasilitas di stasiun, seperti matinya eskalator, atap bocor, dan tidak ada tempat duduk di peron.

Meski demikian, ada pula penumpang yang mengapresiasi kemajuan yang dilakukan untuk memperbaiki sarana perkeretapian. Menurut Aditya, seorang penumpang, beberapa tahun lalu kereta listrik tampak kumuh, tapi kini perlahan-lahan mulai tampak bersih. "Awal saya naik kereta kumuh, sekarang sudah bersih dari sampah," kata dia.

Direktur Komersial dan Humas PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ) Makmur Syaheran mengatakan, sejak tahun 2008 sampai 2013, PT KCJ telah menambah 488 gerbong. Kini terdapat 664 unit gerbong kereta yang beroperasi melayani rute perjalanan Jabodetabek. Dalam satu hari, rata-rata kereta mampu mengakomodasi pergerakan penumpang sebanyak 500.000 sampai 600.000 orang. Makmur mengatakan bahwa catatan itu masih jauh dari target. PT KCJ berharap agar moda transportasi kota itu dapat mengakomodasi 1,2 juta penumpang setiap hari.

Meski demikian, Makmur mengatakan, PT KCJ masih bergelut dengan beragam permasalahan, seperti kereta rusak. "Kami berjibaku dengan kereta rusak karena sparepart-nya susah, misalnya AC," ujarnya.

Kepala Humas PT KAI Daop I Agus Komarudin mengatakan, persoalan ketersediaan suku cadang menjadi prioritas untuk mengatasi masalah perkeretaapian di Ibu Kota. "Kita upayakan penggantian suku cadang dan sebagainya. Kalau yang sekarang, kita lakukan perawatan yang ada," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com