Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Semper Timur Mengeluh Pengajuan "Fogging" Ditolak

Kompas.com - 07/04/2014, 16:32 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga RT 005 RW 05, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara mengeluh karena Puskesmas Semper Timur meenolak surat pengajuan fogging di wilayah tersebut.

Menuruh salah seorang warga, Diah (53), surat yang diajukan warganya pada 3 April 2014 tersebut berisi kondisi lingkungan mereka yang banyak nyamuk, yang mereka khawatirkan merupakan nyamuk demam berdarah. 

Namun surat pengajuan tersebut dikembalikan kembali dengan alasan belum ada kasus demam berdarah di daerah itu. "Soalnya kan habis musim hujan ke musim kemarau ini jadi banyak nyamuk,takutnya nanti pada kena demam berdarah, tapi kemarin malah ditolak, katanya harus ada kasus dulu," ujar Diah kepada Kompas.com, Senin (7/4/2014).

Hal senada diungkapkan warga lainnya, Narti (46). Dia mengaku kecewa dengan pernyataan pihak puskesmas yang mengatakan harus ada kasus terlebih dahulu baru dilakukan penyemprotan. "Masak nunggu jatuh korban baru disemprot," ujar Narti.

Dikonfirmasi terpisah Penanggung Jawab Penyemprotan Demam Berdarah Puskesmas Kelurahan Semper Timur, Muhammad Duri mengaku belum mendapatkan surat permohonan tersebut. "Wah saya belum dapat sih, nanti deh saya lihat lagi," ucapnya.

Ia juga membenarkan bahwa untuk penyemprotan di suatu wilayah harus disertai surat keterangan dokter. "Memang sih harus ada laporan dari dokter bahwa ada yang terkena DBD," ucapnya.

Sebab, lanjut Duri, penyemprotan atau fogging untuk memberantas nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD) bisa berbahaya jika dilakukan tanpa prosedur. Selain bisa menyebabkan orang yang menghirup gas semprotan keracunan, fogging juga berdampak buruk bagi keseimbangan ekosistem.

Ia menjelaskan fogging biasanya dilakukan jika ada warga yang terkena DBD di suatu wilayah. Itu pun harus ada surat keterangan dari dokter. Nantinya, lanjut Duri, dokter akan turun ke alamat korban untuk melakukan observasi.

Biasanya petugas akan mengecek apakah di lingkungan sekitar rumah penderita DBD ini ada warga lain yang mengalami demam tinggi atau tidak.

Jika ada, dapat diindikasikan penularan DBD itu dimulai dari lingkungan tersebut. Terlebih jika ditemukan juga jentik-jentik nyamuk dalam jumlah banyak. Dalam kondisi demikian, petugas kesehatan akan melakukan penyemprotan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com