Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sutasoma, Jalan Damai untuk Kebersamaan

Kompas.com - 23/04/2014, 19:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -
 Drama tari Sutasoma yang diangkat dari kakawin karya Empu Tantular (abad 14) meramaikan puncak perayaan Hari Ulang Tahun Taman Mini Indonesia Indah ke-39, Minggu (20/4) malam. Sebelumnya berbagai kegiatan budaya, seminar dan pameran seni digelar sejak 17 April hingga 27 April mendatang.

Sutasoma adalah seorang pangeran dari negeri Hastina. Namun sebagai penerus tahta, ia menolak menjabat sebagai raja sebelum menemukan pencerahan menuju jalan kedamaian. Kisahnya seperti Buddha Gautama, ia pergi dari istana lalu menyepi ke puncak Mahameru, menemui rintangan besar berjumpa dengan naga dan hariman yang akhirnya ditaklukkannya.

Di puncak Mahameru ia bertemu Bagawan Sumitra yang ternyata adalah kerabatnya. Sumitra berpesan agar Sutasoma menjalani semadi untuk mencari pencerahan demi mendapat jalan damai. Jalan damai ini bisa mencegah peperangan yang dikobarkan Jalantaka, penakluk raja-raja sekitarnya.

Banyak kalangan sastrawan menilai, kisah Sutasoma ditulis Empu Prapanca untuk menyindir gerakan poltitik yang dilancarkan patih Gajah Mada. Gajah Mada melebarkan pengaruh politik Majapahit melalui pendekatan militer dan ekonomi. Sang Sutasoma memilih gerakan budaya untuk menyatukan berbagai kerajaan yang ada. Semboyannya Berbeda-beda namun tetap satu kini menjadi semboyan bangsa Indonesia.

“Kisah Sutasoma cocok dengan misi TMII yang merangkum berbagai keberagamaan bangsa dalam satu wadah,” kata Suryandoro, Kepala Bidang Kehumasan TMII. Tahun ini TMII ditetapkan sebagai Wahana Perekat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2014.

Dalam acara itu, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan, Permendagri dikeluarkan agar Pemerintah Daerah segera mengoptimalkan peran anjungan berbagai daerah di TMII. “Anjungan tidak hanya menjadi etalase budaya, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan kerukunan bersama,” kata Gamawan. Selain anjungan daerah yang berbentuk berbagai rumah adat, TMII juga memiliki 18 museum.

Tahun lalu ada tujuh anjungan baru yang dibangun, yaitu anjungan Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Banten, Gorontalo,  Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Papua Barat. Provinsi-provinsi baru lainnya diharapkan segera membangun anjungan di TMII. Selama ini pembiayaan anjungan dan program kegiatannya diserahkan kepada pemerintah daerah. TMII dibangun tahun 1975 dan digagas oleh Tien Soeharto.

Direktur Umum TMII Bambang Parikesit mengatakan, TMII sudah dinyatakan sebagai obyek vital oleh negara. Sejak tahun 2012 TMII juga dipersiapkan untuk diajukan ke Organisasi Dunia Bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai Best Practises. (LUSIANA INDRIASARI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com