Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Kebakaran, Pedagang Pasar Senen Obral Dagangan

Kompas.com - 28/04/2014, 09:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mila (25) datang ke Jalan Pasar Senen, Jakarta Pusat, Minggu (27/4) malam. Jalan Stasiun Lama berada di belakang Kompleks Pasar Senen. Ia datang untuk belanja piring.

Mila belanja piring sebanyak empat lusin. Satu lusin piring dijual seharga Rp 35.000. Biasanya harga satu lusin piring dibandrol Rp 60.000. Malam itu pedagang menjual di bawah harga biasanya alias obral. "Sekalian buat bantu mereka juga," katanya.

Malam itu pedagang menjual barang dagangannya dengan harga berbeda. Mereka hanya ingin menghabiskan stok barang dagangannya. Apalagi, para pedagang yang berjualan di sana adalah korban kebakaran Pasar Senen Blok III.

Aep Triadi (35), pedagang, mengatakan, ia dan rekan-rekannya terpaksa menggelar dagangan untuk menghabiskan stok dagangan yang tersisa. "Sebagian barang masih bisa diselamatkan. Tapi kotor semua kena abu dan puing. Ini sambil dibersihkan kami jual," katanya.

Aep rela barang-barang dagangan miliknya dijual murah dari harga normal. Jika biasanya satu lusin piring tatakan dijual dengan harga Rp 60.000-Rp 65.000, kini satu lusin piring tatakan dibandrol dengan harga Rp 25.000-Rp 35.000. "Kami jualnya di bawah modal buat menutup kerugian saja," katanya.

Aep merasa beruntung dibandingkan dengan rekan-rekannya lain. "Banyak teman saya yang dagangannya habis semua terbakar. Apalagi pada Kamis siang stok barang baru turun," katanya.

Bambang Warsono (35) juga menjual barang di bawah harga normal. Lapak Bambang di Blok HI habis terbakar. Padahal, ia baru saja selesai merenovasi lapak, termasuk membuat saluran air di bawah lapaknya.

"Saya habis Rp 2,5 juta buat perbaiki rak dan bikin saluran air, karena sebelumnya memang diminta memperbaiki saluran air. KAmis baru selesai. Jumat terbakar." katanya.

Pikir-pikir

Terkait rencana relokasi ke Blok V, beberapa pedagang mengaku sedang pikir-pikir.

"Masih belum jelas juga kapan dipindahnya. Tempat penampungan sementara itu juga belum selesai," kata Aep Triadi.

Aep mengatakan, saat ini kondisi Blok V hanya ditempati pedagang orderdil dan aksesori mobil. "Di sana punya swasta, bukan punya pemerintah. Yang punya pemerintah hanya Blok III dan VI. Tapi yang paling ramai ya di Blok III," katanya.

Pantauan Warta Kota di Blok V menunjukkan blok itu memiliki delapan lantai. Sebagian kios di lantai 3, 4, 5, 6 menjual aksesori dan onderdil mobil. Lantai 5, 6, 7 digunakan untuk parkir, sedangkan lantai satu dan dua kosong.

Terlalu mahal

Setelah kebakaran, para pedagang khawatir harga sewa kios setelah Blok III selesai dibangun akan mencekik leher mereka. Hingga kini belum ada kecocokan harga antara pedagang dan PD Pasar Jaya.

Robert (33), pedagang, mengatakan, hal yang biasa setelah peremajaan bangunan, harga kios berubah drastis. "Yang sudah sepakat hanya di lantai dua, sisanya belum sepakat. Bayangkan saja, kios sebesar 2 meter x 2 meter di lantai dasar bisa Rp 256 juta," katanya.

Warson, perwakilan pedagang yang melakukan negoisasi dengan PD Pasar Jaya, membenarkan belum ada kesepakatan tentang harga jual kios. "Memang harga itu untuk hak pakai 20 tahun, tapi tetap masih kemahalan," katanya.

Ia mencontohkan, pedagang meminta Rp 50 juta per meternya untuk kios di lantai satu. Sementara PD Pasar Jaya bertahan dengan harga Rp 63 juta per meter.

Djangga Lubis, Direktur Utama PD Pasar Jaya, mengaku harga jual sewa kios telah disepakati oleh pedagang dan tidak ada perubahan.

"Untuk Senen, kami tidak BOT (build operate transfer). Ini murni dana dan PD Pasar Jaya, besarnya Rp 300 miliar. Jadi tidak ada pengembang, hanya ada kontraktor yang membangun," kata Djangga. (fha/sab)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Pelaku Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Pelaku Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Syarat Maju Pilkada DKI Jalur Independen: KTP dan Pernyataan Dukungan Warga

Megapolitan
17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

17 Kambing Milik Warga Depok Dicuri, Hanya Sisakan Jeroan di Kandang

Megapolitan
Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Pintu Rumah Tak Dikunci, Motor Warga di Sunter Dicuri Maling

Megapolitan
Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Viral Video Geng Motor Bawa Sajam Masuk Kompleks TNI di Halim, Berakhir Diciduk Polisi

Megapolitan
Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com