Taman yang dilengkapi keterangan "milik dan dikuasai" Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Badan Pengelola Pembangunan Sentra Primer Baru Timur, tersebut, terlihat telantar. Pagarnya lepas dan temboknya penuh coretan.
Pantauan Kompas.com, terdapat sekitar 20 pagar yang mengelilingi taman tersebut sudah dalam kondisi lepas, hilang entah ke mana. Sementara itu, pagar yang tersisa berkarat dan melengkung.
Tembok yang dilapisi keramik di tengah-tengah taman juga kotor dengan warna-warni coretan cat. Kesan taman tersebut tampak terlihat dari sampah dedaunan yang menumpuk di dalam taman.
Yanto (52), warga Klender yang sering datang ke taman itu, mengaku prihatin dengan keadaan tersebut. Dia berpendapat, taman itu menjadi tempat beristirahat warga dan pegawai kantor. Apalagi taman itu bersebelahan dengan kantor Wali Kota Jakarta Timur dan di depan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jatim dan kantor Telkom.
"Menurut saya, seharusnya ini bisa diperbaiki. Setiap hari kan banyak orang atau pegawai kantor sini yang suka datang beristirahat atau ngopi di sini," kata Yanto, yang tengah menunggu istrinya berkunjung di rumah kerabat di taman itu, Jumat (2/5/2014).
Menurut Yanto, sebulan lalu dia dan istrinya berkunjung ke taman itu. Kondisinya tidak berbeda dengan hari ini. Tidak terlihat ada perbaikan ataupun penanganan. "Satu bulan lalu masih ada sama kayak gini, masih berantakan," ujar Yanto.
Senada diungkapkan Azari (35), pengguna taman itu lainnya. Taman yang merupakan fasilitas untuk publik itu seharusnya mendapat perhatian pemerintah. Dia juga menyayangkan penebangan sejumlah pohon di sekeliling taman. Taman yang dulu sejuk itu kini menjadi panas.
"Penghijauannya harus ditambah karena ini sudah gundul tamannya. Terus petugas kebersihannya juga harus ada. Intinya dikelolalah. Masak taman ada kandang ayam tuh," katanya sambil menunjuk di salah satu sudut taman.
Menurut pendapatnya, sejumlah pagar yang rusak dan copot harus diperbaiki dan dipasang kembali. Selain itu, tembok yang dicorat-coret juga harus dibersihkan. "Supaya lebih indah," tukas Azari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.