Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Perlakuan yang Diterima S Ketika Jadi Pekerja Seks di Jakarta

Kompas.com - 13/06/2014, 16:19 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gadis asal Indramayu, Jawa Barat, berinisial S, merasa tersiksa karena terpaksa melayani pria hidung belang selama di Jakarta. Alih-alih mendapat pekerjaan di Ibu Kota, justru S dijerumuskan dalam dunia prostitusi.

Sejak dipekerjakan sebagai pekerja seks komersial (PSK) selama dua bulan, tak jarang S mendapat perlakuan kasar dari tamunya. "Aku disuruh ngelayanin tamu, nemenin tamu minum, nanti diajakin ke kamar. Aku pernah ditampar karena aku enggak mau. Tapi maminya bilang, udah kamu ke sana temenin aja," kata S, dalam kesaksiannya di kantor Komnas Perlindungan Anak, Jakarta Timur, Jumat (13/6/2014).

S mengatakan, ia tak berdaya menolak permintaan tamu. "Enggak boleh nolak, aku dimarahin sama Pak To," ujar S.

Selama di Jakarta, S tinggal di mes berkedok ruko yang lokasinya berdekatan dengan tempat hiburan. Di sana, S hidup bersama puluhan gadis pekerja seks lainnya. "Di dalam kosan ada 30 orang. Mereka orang dewasa semua," ujar gadis berusia 15 tahun ini.

Tak jarang S mendapat perlakuan tak menyenangkan dari seniornya itu. "Ada yang suka ngomelin aku. Katanya kamu itu orang miskin. Percuma kerja kayak gini enggak bakal kaya," ceritanya.

S mengaku mendapat jatah makan di mes tersebut. Hanya makan malam yang dibeli sendiri. Aktivitasnya selalu diawasi penjaga. Bahkan untuk keluar berbelanja pun sangat sulit. Bahkan, ketika sakit, ia boleh keluar dengan didampingi penjaga.

Ketika hendak bekerja, S juga diantar menggunakan sepeda motor. Saat masih bekerja di Hotel Travel, S bekerja mulai pukul 14.00 sampai dengan pukul 02.00. Setelah dipindahkan ke tempat hiburan LA, dirinya bekerja mulai pukul 12.00 sampai pukul 03.00. S mengaku tak tahan bekerja di sana.

"Aku enggak kuat disiksa kerja di sini," ujar S.

Sebelum ke Jakarta, S mengaku menerima janji manis dari seorang wanita berinisial P. Wanita ini  justru membawanya menjadi pekerja seks di tempat hiburan di Jakarta. Perkenalan S dan P terjadi sekitar April 2014 lalu.

P mendatangi kampung halaman S. Gadis desa ini secara tidak sengaja bertemu dengan P. Setelah menawari pekerjaan, S pun menuruti kemauan pelaku pergi ke Ibu Kota. Menumpang sebuah motor, S dibawa kabur tanpa sepengetahuan keluarga korban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Permudah Faizal Buang Jasad Pamannya, Naedi Inisiatif Beli Karung Goni

Permudah Faizal Buang Jasad Pamannya, Naedi Inisiatif Beli Karung Goni

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Megapolitan
Sakit Hati dan Provokasi Buat Faizal Tega Bacok Pamannya hingga Tewas, lalu Buang Jasad Korban ke Jalan

Sakit Hati dan Provokasi Buat Faizal Tega Bacok Pamannya hingga Tewas, lalu Buang Jasad Korban ke Jalan

Megapolitan
[POPULER MEGAPOLITAN] Tanjung Priok Macet Total | Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol

[POPULER MEGAPOLITAN] Tanjung Priok Macet Total | Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol

Megapolitan
Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Megapolitan
PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

Megapolitan
Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Megapolitan
Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Megapolitan
Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Megapolitan
Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Megapolitan
Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Megapolitan
KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com