Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bus Transjakarta Patah karena Pemilihan Teknologi Tak Bagus

Kompas.com - 08/08/2014, 10:18 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus bus transjakarta gandeng yang patah di bagian persambungan dinilai karena masalah pilihan teknologi yang tak bagus. Selain itu, manajemen layanan moda transportasi massal itu juga dinilai belum berjalan baik.

Ketua Dewan Transportasi Kota Azaz Tigor Nainggolan mengatakan, patahnya bus gandeng transjakarta pada sambungannya dinilai bukan karena soal bentuk jalan di Jakarta yang bergelombang.

"Masalah utamanya adalah pilihan tekhnologi dan manajemen layanannya yang tidak bagus," kata Azaz, dalam siaran pers kepada Kompas.com, Jumat (8/8/2014).

Azaz memandang pilihan tekhnologi bus transjakarta dari buatan Tiongkok, sudah dikenal kualitasnya kurang bagus. Ia mencontohkan negara di Eropa dan Amerika lebih memilih bus yang kualitasnya lebih baik untuk sarana transportasi busway-nya.

"Seperti di Amerika atau Eropa dan Bogota Colombia, armadanya tidak mudah rusak karena pilihannya lebih baik," ujar Azaz.

Lebih lanjut, dirinya memandang saat ini layanan transjakarta masih belum memberikan rasa aman bagi penggunanya.

"Sementara sistem busway di kota-kota negara lain mau memberikan kepastian rasa aman pada penggunanya hingga 82 persen. Tidak seperti Transjakarta hingga saat ini tidak bisa memberikan rasa aman dan nyaman," ujar Azaz.

Untuk itu, lanjutnya, sudah seharusnya menejemen PT Transjakarta sebagai pengelola transjakarta mengevaluasi dan memperbaiki pilihan tekhnologi armadanya dan manajemen layanannya agar ada kepastian perlindungan rasa aman bagi pengguna transjakarta. Perbaikan ini menurutnya harus dan tidak bisa ditunda lagi.

Sebelumnya diberitakan, bus transjakarta yang patah di Jatinegara tersebut ternyata bermerek Inobus, buatan PT Industri Kereta Api Indonesia (INKA). "Bus-nya merek Inobus. Produksi tahun 2011," kata Kepala UP Transjakarta Pargaulan Butar Butar kepada Kompas.com, Jumat (8/8/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Megapolitan
Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Megapolitan
15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Bantu Buang Mayat, Adik Pembunuh Wanita Dalam Koper Juga Jadi Tersangka

Bantu Buang Mayat, Adik Pembunuh Wanita Dalam Koper Juga Jadi Tersangka

Megapolitan
Banjir Berbulan-bulan di Permukiman Depok, Pemkot Bakal Keruk Sampah yang Tersumbat

Banjir Berbulan-bulan di Permukiman Depok, Pemkot Bakal Keruk Sampah yang Tersumbat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com