Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Massa Prabowo Unjuk Rasa Rutin, Apa Tanggapan Pegawai Kantoran di Sekitar MK

Kompas.com - 19/08/2014, 18:59 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Massa pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa melakukan aksi rutin selama sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi berlangsung.

Mereka berunjuk rasa hampir setiap hari sejak sidang pertama digelar pada Rabu (6/8/2014) lalu, hingga hari ini, Selasa (19/8/2014). Massa kerap membuat kemacetan dan menutupi Jalan Medan Merdeka Barat sehingga sempat ada pengalihan arus melalui Jalan Abdul Muis dan menimbulkan kepadatan di jalan itu.

Lalu, apa tanggapan pegawai yang berkantor di sekitar MK dengan adanya aksi itu? Seorang pegawai kantor Kementerian Perhubungan, Irawan menganggap aksi selama ini masih terbilang aman sehingga dia tidak merasa takut kerusuhan bisa timbul sewaktu-waktu.

"Sekarang sih masih aman ya. Nanti kalau pas putusan itu saya tidak tahu akan seperti apa. Semoga masih aman buat kami dan pengendara yang lewat," kata Irawan kepada Kompas.com, Selasa.

Dia juga mengaku tidak ada ketakutan atau kegelisahan adanya massa di sekitar kantornya. Namun, ia tetap mewaspadai kalau ada kerusuhan yang dapat terjadi kapan pun itu. Menurut dia, akibat massa yang berlimpah, kemacetan mulai timbul di Jalan Medan Merdeka Barat sekitar pukul 10.00 WIB. [Baca: Tuntut Prabowo Menang, Massa Pendukung Bakar Ban di Depan MK].

Kondisi itu, katanya, berlangsung sampai massa aksi membubarkan diri. "Kalau bisa damai saja. Jangan membuat kemacetan di jalan. Ini kan jalan umum. Ini juga akses jalan yang sering dilewati. Kan kasihan juga pengalihan lalu jadi menumpuk," kata dia.

Pegawai lain dari Wisma BSG di Jalan Abdul Muis, Sakti menyatakan adanya aksi tersebut meresahkan warga Jakarta yang melintas. Sebab, kemacetan parah menyebabkan pegawai lain yang akan kerja menjadi terlambat.

"Loh, kasihan kalau mereka terlambat. Kan biasanya mereka jalan jam segitu terus gara-gara macet jadi terlambat," kata Sakti.

Menurutnya, massa di sekitar MK akan terus membuat kemacetan hingga putusan diumumkan. Bahkan, katanya, tak menutup kemungkinan dapat terjadi kericuhan dengan banyaknya pendukung yang turun ke jalan.

Senada dengan Sakti, Dita juga menyatakan potensi kerusuhan bisa terjadi dengan aksi turun ke jalan sepanjang hari. Dita pun mengaku akan kesulitan kembali ke rumah apabila itu terjadi. "Kalau rusuh bagaimana ya? Saya pulangnya susah dong?" ucap Dita.

Jika melihat personel kepolisian yang diterjunkan cukup banyak, Dita memilih tidak akan masuk kerja pada hari putusan berlangsung. Menurutnya, daripada meresahkan diri sendiri akan adanya kericuhan, ia lebih memilih meliburkan diri satu hari dari kantornya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Megapolitan
Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Megapolitan
Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Megapolitan
Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Megapolitan
Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar 'Video Call' Bareng Aipda Ambarita

Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar "Video Call" Bareng Aipda Ambarita

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com