Idola sampai ponsel kesayangan, semua berasal dari Negeri Ginseng. "Kemajuan Korea memang mengagumkan semua pihak, tapi yang banyak tidak disadari orang adalah sebab di balik itu. Majunya Korea tidak bisa dilepaskan dari masa perang dingin Barat dengan Timur," kata Tommy Christomy, dosen program studi Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia yang pernah mengajar di Hankuk University of Foreign Studies selama tiga tahun,di Gedung III FIB UI, Selasa (9/9/2014).
Tommy melanjutkan, karena Korea Utara sudah dikuasai Timur, Amerika harus memperkuat Korea agar pengaruh komunis tak bisa meluas ke selatan Korea. Dukungan penuh Amerika adalah salah satu modal Korea bisa menjadi macan Asia saat ini.
"Negara donor, seperti Amerika, memberikan dukungan tanpa batasan. Korea bisa dapat semua temuan baru teknologi. Tentara Amerika punya pangkalan yang jaraknya hanya dua kilometer dari Seoul," kata Tommy.
Selama tinggal di sana, ia dapat dengan mudah menemukan tentara Amerika berseragam lengkap di jalanan Seoul. Tommy pernah bertemu salah satu tentara saat salat Jumat.
Menurut dia, keberadaan tentara Amerika di Korea dengan bebas dan amannya merupakan bukti kedekatan dua negara tersebut. Kedekatan yang tidak dapat diciptakan Indonesia. "Indonesia pernah mendeklarasikan diri berpolitik bebas aktif, pernah dekat dengan Tiongkok. Amerika masih tidak percaya dengan kita," katanya.
Selain dukungan Amerika, tekanan perang dengan Korea Utara juga menjadi salah satu faktor kemajuan Korea. Secara teoritis, menurut Tommy, Korea masih dalam keadaan perang.
Dalam tekanan perang itulah, nasionalisme rakyat Korea tumbuh kuat. Ia pun mencontohkan nasionalisme masyarakat Korea pada masa pascakrisis moneter 1998.
Dia mengungkapkan, sewaktu 1998, Indonesia, Korea, dan Thailand yang babak belur pinjam ke IMF. Tetapi Korea berhasil memobilisasi masyarakatnya untuk menutup utang negara.
"Caranya, orang-orang yang punya emas disuruh untuk memberikan emasnya ke negara. Mereka diberikan pilihan: menyumbangkan cuma-cuma atau meminjamkan dengan jangka waktu tertentu. Gerakan menutup utang itu berhasil. Indonesia justru berlomba-lomba mengambil uang negara," katanya.
Tommy menuturkan kisah kematian mantan presiden Korea Roh Moo Hyun akibat bunuh diri sebagai contoh lain dari nasionalisme Korea. Roh menjatuhkan diri dari atas tebing setelah istrinya diduga menerima suap dari rekan bisnis Roh.
"Padahal itu suapnya halus sekali. Istrinya diajak jalan-jalan terus diberi kupon asuransi lalu KPK Korea menemukan itu. Dia bunuh diri, malu karena merasa bertanggung jawab atas itu. Beda dengan koruptor di Indonesia. Keluar penjara masih bisa ketawa-ketawa, dipenjaranya pun enggak lama," kata doktor lulusan Australian National Uninversity tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.