Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyulap Pasar Santa Jadi Tempat "Nongkrong" Anak Muda

Kompas.com - 15/09/2014, 08:19 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pasar Santa di Jalan Cipaku, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dahulu tak menarik perhatian. Sebab, Pasar Santa dikenal sebagai pasar tradisional yang becek dan kumuh.

Menurut penuturan Kepala Pasar Santa Bambang Sugiarto, tahun 1971 menjadi langkah awal berdirinya pasar tersebut. Pasar tua itu awalnya tidak berbentuk permanen.

"Pada 15 Mei 2007, pasar dibuat permanen dengan 1.151 tempat usaha di dalamnya," ujar Bambang kepada Kompas.com, Minggu (14/9/2014).

Dahulu, Pasar Santa hanya menjual sembilan bahan pokok untuk sehari-hari. Seiring berjalannya waktu, lantai 1 Pasar Santa pun menyesuaikan diri dengan mengajak komunitas batik untuk bergabung di dalamnya. Dengan harapan menarik pangsa pasar, usaha itu tetap tidak mampu menggaet konsumen ke pasar tersebut. Setelah dianalisis, komunitas itu tidak memiliki pangsa yang banyak.

"Sepertinya (pasar ini) memang harus punya pangsa dan komunitas," ucap dia.

Selama tujuh tahun, dari 15 Mei 2007 hingga Juni 2014, Pasar Santa seolah tak berpenghuni alias sepi. Ia pun mempertimbangkan, vakumnya pasar dari keriuhan harus bisa diatasi dengan cara apa pun. Dengan istilah menjemput bola, ia pun mendapat respons baik dari komunitas kopi dan piringan hitam.

"Alhamdulillah mereka mau masuk, dari yang mi, sampai gaya Amerika dan Meksiko. Berurutan pada masuk," kata dia.

Pada 25 Juli 2014, komunitas itu resmi bergabung di pasar yang tidak jauh dari akses utama Jalan Wolter Monginsidi tersebut. Demi melancarkan kegiatan pasar, ia pun banyak menjalin komunikasi dengan semua pedagang di pasar.

Bersama komunitas ini, ia mencari solusi meramaikan pasar yang kini berubah nama menjadi Santa Modern Market. Ia pun menerapkan biaya sewa Rp 3 juta-Rp 3,5 juta per tahun di lantai satu. Dengan biaya cukup murah, 350 kios pun resmi disewa.

Meski semua kios sudah disewa, peresmian lanjutan ini baru berlangsung pada Oktober 2014 sesuai dengan kesepakatan bersama. "Oktober launching, dan sambil sharing sama teman di atas (lantai 1) kalau misalkan tidak buka, kenapa masalahnya. Kalau bisa kita bantu, di situ kekeluargaan banget. Kan kalau tidak buka, bisa dikasih ke yang antre," kata dia.

Kini, lanjut dia, teman-teman dari pegiat ekonomi kreatif untuk komunitas kopi membuat Pasar Santa semakin sering dikunjungi muda-mudi. Namun, di balik ramainya lantai 1, basement, dan lantai dasar, pengelola masih menghadapi masalah karena sebagian kios masih kosong.

"Lebih kurang 200 kios tersisa di basement dan lantai dasar," ucap dia.

Bambang pun menyatakan akan mencari komunitas lain untuk mengisi kekosongan di Pasar Santa. Persoalannya, pasar itu bukan berada di jalan protokol, melainkan di tengah permukiman.

"Karena lokasinya, kita gaet komunitas. Kalau tidak, agak sulit. Soalnya, tidak ada lalu lalang konsumen di depannya kayak pasar swalayan di pinggir jalan," ujar Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Megapolitan
Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com