Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPAI Ungkap Kronologi Dugaan Kasus "Bullying" di SMAN 70

Kompas.com - 22/09/2014, 18:27 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengundang pihak SMAN 70, Bulungan, Jakarta Selatan, untuk meminta kejelasan soal dugaan kasus bullying yang terjadi di sekolah tersebut, Senin (22/9/2014).

Seusai pertemuan yang berlangsung selama sekitar dua jam itu, komisioner KPAI Susanto membeberkan kronologi kasus dugaan bullying tersebut.

Susanto mengungkapkan, pada masa orientasi peserta didik (MOPD) yang berlangsung pada pertengahan Juli 2014 lalu, sekitar 50 siswa berkumpul di luar lingkungan sekolah untuk melakukan "MOPD tambahan".

Menurut keterangan pihak sekolah, lokasi yang digunakan untuk aksi itu adalah di kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat.

"Lima puluh siswa itu terdiri dari siswa yang diduga melakukan bullying dan korbannya," ujar Susanto saat ditemui di kantor KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (22/9/2014).

Namun, hingga saat ini, pihak KPAI belum mengetahui tindakan apa saja yang dilakukan para siswa pada waktu itu. Meskipun begitu, dari luka-luka yang diterima salah seorang siswa kelas X, kemungkinan siswa juga melakukan kekerasan fisik.

Kasus tersebut terungkap ketika petugas sekolah melakukan supervisi pada sore hari ketika kegiatan belajar mengajar di sekolah telah usai. Saat itu, petugas sekolah menemukan seorang siswa kelas X yang mengalami luka-luka di bagian pelipis dan pipi.

"Saat ditanyai, siswa itu mengaku habis terjatuh dari metromini," ujar Susanto.

Namun, petugas curiga dan melaporkan kepada guru yang kemudian memanggil orangtua siswa yang bersangkutan. Dari keterangan orangtua siswa, barulah pihak sekolah mulai mencurigai adanya aksi bullying yang dilakukan siswanya.

Susanto menerangkan, sejak saat itu, pihak sekolah melakukan penyelidikan lebih lanjut dan menemukan adanya 13 siswa yang terlibat. Sekolah kemudian memutuskan mengeluarkan siswa-siswa yang terlibat karena tindakan mereka melebihi batas toleransi sekolah.

Pihak sekolah memilih untuk merahasiakan identitas korban karena mengkhawatirkan adanya pengucilan terhadap siswa kelas X tersebut. Demikian kata Susanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Megapolitan
Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com