Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Bingung dengan "Dendam" Hashim terhadap Jokowi

Kompas.com - 10/10/2014, 08:35 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku bingung mengapa Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo kembali menyinggung permasalahan sumbangan dana pada Pilkada DKI 2012 lalu. Uang kampanye pasangan senilai Rp 52 miliar itu lebih banyak dihabiskan untuk iklan televisi yang menampilkan pasangan ini beserta Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto yang juga kakak kandung Hashim.

"Kami enggak pernah pakai duit dia. Dia hanya menghabiskan uangnya untuk kampanye televisi yang ada Prabowo dan kami berdua (Jokowi-Basuki)," kata Basuki, di Balaikota, Kamis (9/10/2014).

Hashim menilai ada "harga" yang harus dibayar Jokowi karena meninggalkan Jakarta dan mencalonkan diri dalam pemilu presiden (pilpres) lalu. ‎Bahkan, ia menganggap langkah Jokowi sebagai personal betrayal.

Bukan kali pertama Hashim menuntut Jokowi. Saat Jokowi memutuskan mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu Presiden 2014 lalu, Hashim juga menyinggung hal yang sama. ‎Saat itu, Basuki yang masih menjabat sebagai Ketua Bidang Politik DPP Partai Gerindra itu membela Jokowi dibanding Hashim.

"Jadi ada iklan Pak Prabowo, terus Pak Jokowi sekelibat lewat. Pak Jokowi tidak merasa (iklan) itu bantu dia, malah Pak Jokowi minta stop, tidak mau ada iklan di TV," kata Basuki saat itu.

Sebagai informasi, Hashim sebelumnya menegaskan bahwa Koalisi Merah Putih yang menguasai parlemen akan menjadi oposisi yang aktif dan konstruktif dalam mengawal pemerintahan Jokowi-JK. Parlemen yang dikuasai oleh Koalisi Merah Putih itu memiliki otoritas untuk mengawasi pemerintahan Jokowi, termasuk penentuan sejumlah jabatan di pemerintahan dan lembaga, seperti Kapolri, Panglima TNI, Hakim Agung, dan anggota Mahkamah Konstitusi.‎

Menurut Hashim, Jokowi pernah berjanji untuk memimpin Jakarta selama lima tahun penuh. Kemudian muncullah pernyataan dari Hashim, "Ada harga yang harus dibayar (karena meninggalkan jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta)."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com