Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKL Monas Kian Bikin Pusing, Pengelola Monas Lapor Jokowi

Kompas.com - 13/10/2014, 08:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Monumen Nasional (Monas), Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (12/10) semakin semerawut dengan maraknya pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di tempat itu. Bahkan, para oknum yang tidak bertanggung jawab membagikan kartu identitas kepada para PKL agar bisa berjualan di Kawasan Monas.

Hal itu dikeluhkan Kepala Unit Pengelola Monas, Rini Hariyani saat dihubungi di Balai Kota DKI Jakarta, Minggu (12/10). Menurut dia, saat ini, kelakuan PKL sudah semena-mena. Petugas keamanan yang berada di UP Kawasan Monas sudah kewalahan mengatasi permasalahan PKL.

"Petugas keamanan mengakunya selalu diancam oleh para PKL. Tak hanya itu, ada pula yang mengedarkan surat ID card kepada 120 pedagang dengan bertuliskan Komunitas Pedagang Monas. Kan itu gila banget," kata Rini.

Tak hanya itu, kondisi pagar dari IRTI Monas yang sudah diperbaiki kembali dirusak dengan digergaji. Walaupun sudah digembok oleh petugas, para PKL kembali merusaknya. Tempat itu, dijadikan para PKL untuk memasukan barang dagangannya.

"Seperti sepeda dan motor-motoran yang dijual di Monas. Selain itu, di dekat Stasiun Gambir ketika saya sidak sudah ada gundukan barang yang akan dimasukkan ke dalam Monas," ucapnya.

Oleh sebab itu, dia telah melaporkan hal itu kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Selain itu, untuk menuntaskan masalah PKL, pihaknya telah mengirimkan surat kepada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) PP untuk membantu menertibkan kawasan Monas dari PKL.

"Permohonan surat ke Satpol PP sudah diberikan hari Jumat (10/10) lalu. Isinya tentang permohonan tentang penertiban PKL. Karena pihak keamanan tidak mampu mengatasi," ucapnya.

Menurut dia, PKL paling marak masuk di setiap hari Jumat sampai Minggu. Pasalnya, banyak masyarakat Jakarta yang memanfaatkan kawasan yang dibangun tahun 1962 untuk berekreasi. Sehingga, kondisi Monas semakin tidak teratur.

"Para PKL juga banyak juga yang mendompleng acara yang diadakan di Monas. Oleh sebab itu, tahun 2015 kami akan batasi acara di Monas hanya dua kali satu bulan," kata dia.

Untuk rencana pembayaran retribusi masuk ke Kawasan Monas, kata dia, sedang menunggu Peraturan Daerah. Nantinya, masyarakat diwajibkan membayar Rp 5.000 untuk masuk ke Kawasan Monas. Namun, untuk masuk ke kawasan Tugu Monas dikenai biaya sebesar Rp 10.000. Sedangkan ke puncak sebesar Rp 5.000.

"Kalau dari masuk Kawasan Monas sampai Kawasan Tugu Monas hanya Rp 5.000 ntar ribuan masyarakat yang akan masuk. Makin tidak bisa terkontrol lagi. Karena perawatannya harus sangat diperhatikan di kawasan Tugu Monas karena banyak benda-benda bersejarah," tuturnya.

Akan dirapatkan

Sementara itu, Kepala Satpol PP DKI Jakarta, Kukuh Hadi Santoso mengaku pihaknya akan merapatkan penertiban PKL Monas pada Rabu (15/10). Dia mengaku akan mengedepankan persuasif dalam menertibkan PKL Monas.

"Akan kami rapatkan dahulu, dan langsung eksekusi. Karena sudah peringatan ke satu, dua dan tiga. Sejak peristiwa MK dahulu," ucapnya.

Dia mengaku pihaknya ketiban pulung dengan PKL yang kerap berjualan di Kawasan Monas. Pasalnya, UP Kawasan Monas sudah memiliki personel keamanan dalam menertibkan PKL. Akan tetapi, pihaknya selalu siap untuk menertibkan PKL yang menggangu fasilitas publik.

"Kami akan menunggu masukan dari pihak kepolisian juga dalam menertibkan kawasan Monas. Agar kejadian yang tidak diinginkan tidak terjadi," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Megapolitan
Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com