Menurut Bayu (26), warga yang rumahnya persis di lokasi tewasnya Dafa--panggilan Radafa--sepanjang tahun ini saja sudah ada dua korban meninggal tertabrak kereta di kawasan tersebut. Menurut dia, semua korban itu bukan warga di bantaran rel tersebut.
"Yang ketabrak warga luar terus, warga sini sudah biasa, jadi lebih waspada. Belum pernah ada, tapi mudah-mudahan jangan sampai ada," ungkap pria yang membantu neneknya berjualan warung sembako, Senin malam.
Menurut Bayu, tak ada hal mistis maupun aneh di lokasi kecelakaan. Namun, dia mengatakan lokasi terpentalnya Dafa adalah pohon yang dianggap aneh oleh warta setempat. "Jadi pas semua pohon ditebangin, untuk dibuat pagar di sepanjang rel, ada satu pohon yang tumbuh lagi, nah korban terpental ke pohon akasia itu," tutur dia.
Bayu menambahkan, tak hanya anak-anak yang menjadi korban kecelakaan kereta api di lokasi itu. "Ya macam-macam, ada yang lagi jalan tersambar. Ada juga yang naek motor di rel ikutan tersambar," tuturnya.
Rozak (40), warga yang berjualan warung nasi di dekat lokasi kejadian, mengatakan tak aada cerita mistis di kawasan itu sekalipun korban tewas terus berjatuhan. "Selama saya tinggal di sini, aman enggak pernah ada kabar-kabar yang aneh. Lagi pula di sini selalu ramai kok. Jadi kami enggak ngeh juga," kata pria asal Purwakarta itu.
Menurut Rozak, kecelakaan yang merenggut korban jiwa di jalur rel di dekat rumahnya tersebut bukan karena hal mistis melainkan kecerobohan. Menurut dia, warga sudah meminta Dafa dan teman-temannya menepi dari jalur kereta tetapi diabaikan. "Dia malah bilang enggak kena pak, tenang saja, sambil loncat ke rel dan ke tangga jalan untuk pagar," ucapnya.
(Wahyu Tri Laksono/Adi Kurniawan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.