JAKARTA, KOMPAS.com -Kondisi 'Sekolah di Utara' yang berada tepat di bawah kolong jembatan Kampung Baru Nelayan, Cilincing, Jakarta Utara, begitu berdebu dan jendelanya rusak.
'Sekolah di Utara' adalah sekolah informal untuk anak-anak kurang mampu di Cilincing agar bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Sekolah ini pertama kali diprakasai oleh para mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di tahun 2020.
"Awal berdirinya waktu Covid-19, ada mahasiswa dari UNJ yaitu Nandita dan kawan-kawan datang ke Kampung Baru cerita ke kepala kampung mereka mau mengajar dan mengabdi untuk anak-anak di sini, karena saat itu Covid-19 anak-anak jadi terpenjara enggak ada kegiatan apa-apa," kata Siti Wasila (42) Pengurus Sekolah di Utara, saat diwawancarai Kompas.com di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Berseri, Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (23/6/2024).
Baca juga: Amukan Penonton Gagal Lihat Idola, Berujung Penjarahan dan Perusakan di Konser Lentera Festival
Ila, sapaan akrab Wasila, menjelaskan, program ini mendapatkan respons baik dari warga. Para mahasiswa UNJ pun semakin semangat untuk membangun bangunan sekolah sederhana untuk anak-anak Cilincing.
Namun, saat itu masih terkendala di lahan. Menurut Ila, Kampung Baru Nelayan ini sudah sangat padat rumah sehingga sulit untuk mendirikan bangunan sekolah.
Beruntungnya, Ila memiliki lahan bekas warung ibunya persis di bawah kolong jembatan.
"Mereka bertanya ada tempat enggak di sini? Kalau tempat memang sudah padat ya, cuma saya punya tempat di kolong jembatan bekas warung ibu, karena sepi warungnya ya sudah dipakai buat bangun sekolah enggak apa-apa," tutur Ila.
Akhirnya, para mahasiswa UNJ tersebut pun membangun 'Sekolah di Utara' dengan modal swadaya dan donasi dari berbagai pihak.
Baca juga: Problematika Rumah Subsidi, Banyak Pembeli Bertujuan Investasi demi Untung Besar
Para mahasiswa UNJ juga tidak menarikan uang sepeser pun dari warga Kampung Nelayan Baru untuk mendirikan 'Sekolah di Utara'.
Di bangunan sederhana tersebut lah, para mahasiswa UNJ mengabdi dan berbagi ilmu kepada anak-anak di Cilincing.
Jadi, anak-anak Cilincing yang memiliki keterbatasan ekonomi dan tidak bisa mengenyam bangku pendidikan, tetap bisa belajar di 'Sekolah di Utara' ini.
Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi, kini kondisi bangunan 'Sekolah di Utara' itu sangat memperihatinkan.
Bagaimana tidak? Bangunan yang kerap digunakan untuk belajar sekaligus bermain anak-anak Cilincing tersebut justru penuh debu.
Baca juga: Akhirnya Pengelola Lapor Polisi Usai Rusunawa Marunda Tersisa Dinding dan Puing akibat Penjarahan
Tak jarang pula, tumpukan debu di 'Sekolah di Utara' itu membuat paru-paru terasa begitu sesak.
Selain itu, beberapa bagian dari sekolah ini juga mengalami kerusakan. Seperti pintu yang sudah tidak bisa dikunci secara normal, hingga jendela yang rusak.
Saat Kompas.com datang ke lokasi, jendela sekolah ini ditutupi oleh kayu karena sudah rusak dan kacanya pecah.
Tak hanya itu, sekolah informal ini juga tidak berlantai keramik, anak-anak yang belajar di sini hanya duduk beralasan karpet penuh debu.
Fasilitas di dalamnya juga sangat terbatas dan banyak yang mengalami kerusakan. Salah satunya adalah lemari buku yang sudah usang dan reyot.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.