DEPOK, KOMPAS.com - Kartika (41), orangtua murid SD di Depok bercerita tentang anaknya yang gagal lolos Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jalur prestasi non-akademik. Padahal, sang anak banyak meraih juara senam artistik hingga tingkat provinsi.
"Sudah sekitar tahun kedelapan anak saya, saya ikutin kegiatan senam artistik. Memang dari awal tujuannya (senam artistik) buat ke prestasi, bukan ke kreasi. Punya bakat di sini kenapa nggak kita dukung, memang benar saja dan alhamdulillah juara-juara terus," kata Kartika saat ditemui Kompas.com di daerah Kelapa Dua, Kota Depok, Jumat (28/6/2024).
Kartika bercerita, selama delapan tahun anaknya bernama Cayla (12) menggeluti olahraga senam artistik, ia kerap memenangi beberapa kejuaraan.
Baca juga: Pemkot Depok Sediakan Beasiswa untuk Siswa Tidak Mampu yang Gagal Lolos PPDB
Belum lama ini, Cayla menang dalam kejuaraan O2SN tahun 2023 mewakili sekolahnya dan menang peringkat 1 tingkat provinsi.
"(Anak saya) akhirnya diarahin guru-gurunya (daftar) bukan jalur zonasi atau jalur prestasi akademik, tapi coba non-akademik, pasti bisa masuk (katanya)," ungkap Kartika.
Saat PPDB jalur prestasi non-akademik, salah satu syarat yang harus diserahkan adalah satu sertifikat kejuaraannya, dengan masing-masing sertifikat memiliki nilai skor yang berbeda, tergantung pada tingkatan kejuaraannya.
"(Pas dilihat), saingan-saingannya anak saya tuh skor sertifikatnya enggak setinggi anak saya, kalau anak saya tuh 21 (skornya)," tutur Kartika.
Berbekal percaya diri, Kartika tetap menaruh harapan pada anaknya hingga uji kompetensi berlangsung.
Di sekolah pilihannya yang menyediakan kuota 11 orang, dalam tabel peringkat sementara, Cayla masih masuk kualifikasi. Namun saat skor uji kompetensi diakumulasi dengan skor sertifikat, Cayla ditolak.
"Jatah kuotanya 11 orang. Begitu sampai malam, udah final tuh (pengumuman). Dia di urutan ke 12, (warnanya) merah enggak diterima," jelas Kartika.
Baca juga: Aksi Dina Ukur Jarak Rumah ke SMA Depok Pakai Meteran, Terpaut 120 Meter tapi Anaknya Tak Lolos PPDB
"Pas saya lihat (pengumumannya), kok skor sertifikatnya (anak-anak yang diterima) enggak ada yang setinggi dia. Paling tinggi tuh 16, sedangkan dia tuh di 21. Bahkan ada juga yang diterima tuh skor sertifikatnya 2 atau 2,5," tambahnya.
Oleh karena itu, Kartika berinisiatif ke sekolah tempatnya mendaftar dan meminta klarifikasi atau penjelasan perihal ketentuan seleksi jalur prestasi non-akademik.
"Dari situ saya dikasih tahu kalau intinya, cabor (cabang olahraga) anak saya bukan olahraga yang diprioritaskan dan tidak berjenjang katanya di sana, jadi mereka terimanya yang berjenjang saja di Kota Depok," terang Kartika.
Penjelasan pihak sekolah membuat Kartika sontak kecewa lantaran pencapaian Cayla hingga membawa nama Depok ke Kejuaraan Daerah (Kejurda) seolah percuma.
Bahkan, dirinya akan mengikuti babak kualifikasi Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) tahun depan.
"Saya bilang gitu, apakah tidak bisa dipertimbangkan. Dia bilang 'Enggak bisa, Bu'. Karena dia bilang sudah final ini," lanjut Kartika.
Atas kejadian ini, Kartika pun merasa kecewa sebab alasan sekolah membuatnya terkesan cabor senam artistik bukan prioritas.
"Harapannya sih, anak-anak berprestasi, setelah ini, nanti-nantinya bisa lebih diperhatikan. Karena kan itu, anak ada yang unggul di akademi, ada yang enggak," ujar Kartika.
Baca juga: Pilu Calon Siswa di Depok Tak Lolos PPDB Jalur Zonasi hingga Dugaan Adanya Kecurangan...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.