Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BEM UI Tolak Kenaikan BBM dengan 3 Pertimbangan

Kompas.com - 18/11/2014, 14:22 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah kalangan menolak kenaikan harga bahan bakar minyak yang telah diberlakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai Selasa (18/11/2014) pukul 00.00 WIB.

Salah satunya adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Mahasiswa. Ketua BEM UI, M Ivan Riansa menyatakan, pihaknya menolak kenaikan harga BBM dengan berbagai pertimbangannya.

"Kenaikan harga BBM bersubsidi kembali bergulir tahun ini. Pemerintah dengan dalih menyelamatkan APBN dari defisit dan krisis, sehingga subsidi BBM harus dikurangi dengan menaikkan harganya," kata Ivan melalui keterangannya kepada Kompas.com, Selasa (18/11/2014).

Menanggapi kenaikan harga BBM, penolakan yang dilakukan ini tak serta merta tanpa pertimbangan. Ia mengungkapkan, ada tiga hal yang harus dipertimbangkan atas kenaikan BBM itu.

Pertama, kata dia, dampak sosial yang dirasakan oleh masyarakat. Kenaikan harga BBM itu akan berdampak pada kenaikan barang-barang lain terutama di bidang pangan.

"Asumsi subsidi yang salah sasaran, meskipun kenyataan rakyat menengah ke bawah tidak merasakan subsidi, tetapi merekalah yang secara langsung merasakan beban ketika subsidi berkurang," tutur dia.

Ia melanjutkan, pertimbangan kedua terletak pada permasalahan BBM yang perlu dilihat dalam lingkup besar dari segi tata kelola migas itu sendiri. Saat ini, tambah dia, krisis minyak belum diikuti upaya untuk diversifikasi energi.

Menurut dia, pemerintah juga belum secara serius memberantas mafia migas dan belum mampu menguasai blok-blok sumber migas yang saat ini masih dikuasai perusahaan asing. UU Migas yang diharapkan bisa memayungi kepentingan itu pun nyatanya masih terhambat.

"Sehingga, negara sendiri masih lemah dalam hal penguasaan sumber daya alamnya sendiri, padahal hal ini menjadi amanat konstitusi," ujar dia.

Menurutnya, pertimbangan ketiga ini seharusnya dilakukan oleh pemerintah dengan melihat solusi jangka pendek, menengah dan panjang untuk menaikkan harga BBM.

Dia menambahkan, solusi jangka pendek dengan hanya memperbolehkan pemakaian BBM bersubsidi untuk kendaraan umum dan motor. Sedangkan, kendaraan lain diharuskan menggunakan BBM yang bernilai oktan lebih besar dari premium.

Untuk solusi jangka menengah dan panjang dalam menyelamatkan APBN adalah mengurangi belanja kementerian atau lembaga yang tidak efektif, yakni dengan menaikkan pajak dan memberantas korupsi secara signifikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com