Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau "Digaji" Ahok Rp 5 Juta Sebulan, Sopir Angkot Malah Tidak Percaya

Kompas.com - 20/11/2014, 19:50 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah sopir angkutan umum tak yakin mereka bisa mendapat penghasilan Rp 5 juta bila mengikuti "aturan main" Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk menggunakan sistem rupiah per kilometer dalam operasionalnya. Nilai Rp 5 juta itu hampir dua kali lipat upah minimum provinsi DKI pada 2015.

"Wah nggak yakin bisa karena pengusahanya kan banyak, ada Kolamas, KWK, Komilet, masa (kami) mau digaji Rp 5 juta. Enggak mungkinlah," kata Iwan, pengemudi mikrolet, ketika ditemui di Tanah Abang, Kamis (20/11/2014) petang.

Sebelumnya, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama mempersilakan kenaikan tarif angkutan umum, tetapi dengan menyertakan sederet syarat. Dia menyebutkan pula bisa saja para sopir angkutan umum mendapat penghasilan Rp 5 juta bila saja tak lagi memakai sistem setoran dalam operasionalnya.

Menurut Basuki, pendapatan Rp 5 juta bisa didapat para sopir angkot bila mereka tak lagi ngetem dan angkutan kota mengadopsi sistem rupiah per kilometer. (Baca: Ahok Tak Masalah Tarif Naik asal...).

Ditemui saat sedang mangkal, Iwan malah khawatir janji gaji Rp 5 juta per bulan itu akan memunculkan kesenjangan sosial. "Susahlah, nanti orang yang pendidikan tinggi masa gajinya cuma Rp 2,7 juta (sesuai UMP DKI), kami yang sopir sampai Rp 5 juta. Yang ada kecemburuan sosial. Ada-ada saja," kata dia sembari tertawa.

Selama ini, Iwan mengaku harus menyetor Rp 150.000 kepada pemilik angkot. "Nanti kalau (pendaptannya) Rp 5 juta, orang jadi sopir angkot semua. Enggak ada yang mau jadi sarjana karena UMP-nya lebih kecil," kata dia dengan tawa lebar.

Sopir lain, Endang, malah mengaku belum mendengar rencana Pemerintah Provinsi DKI yang akan menggaji sopir Rp 5 juta per bulan asal tak lagi ngetem di pinggir jalan. Sopir angkutan kota rute Tanah Abang-Kebon Jeruk ini berpendapat hal itu hanya mungkin diterapkan untuk bus dan kopaja.

Menurut Endang, sistem gaji sulit dilakukan untuk angkutan kota yang sistem kerjanya pakai pola setoran ke pemilik kendaraan. Meski demikian, dia mengaku tak akan menolak juga bila benar sopir angkutan kota bakal digaji Rp 5 juta per bulan.

"Ya kalau dikasih siapa yang enggak mau? Kami mah seneng-seneng saja. Syaratnya apa? Enggak ngetem? Bisa kalau enggak kejar setoran mah," tambah Endang.

(Agustin Setyo Wardani/Lucky Oktaviano)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana Terhadap 4 Anak Kandungnya

Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana Terhadap 4 Anak Kandungnya

Megapolitan
Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Megapolitan
'Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise'

"Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise"

Megapolitan
Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Megapolitan
Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Megapolitan
Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Megapolitan
Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Megapolitan
Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Megapolitan
Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Megapolitan
Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Megapolitan
Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: 'Don't Worry'

Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: "Don't Worry"

Megapolitan
DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

Megapolitan
Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com