Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayoritas Warga Menolak Pindah ke Rumah Susun

Kompas.com - 21/01/2015, 14:23 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Kota Jakarta Barat menertibkan 25 gubuk liar yang berada di bawah jalan layang Jatipulo, Palmerah, dan di badan Sungai Kanal Barat, Selasa (20/1/2015). Meskipun sudah dilakukan sosialisasi, ada warga yang mengatakan tidak ditawari rusun, padahal dia mempunyai KTP DKI Jakarta.

Hunian liar sekaligus tempat usaha pemulung, barang bekas, tempat pencucian kendaraan bermotor, dan bengkel itu sudah ada sejak sekitar 10 tahun lalu. Sebelumnya, di lokasi tersebut terdapat taman. Taman itu kemudian hilang karena okupasi warga.

Ali (60), pemilik gubuk di Kanal Barat, mengatakan tinggal di Tomang, Grogol Petamburan, sejak berumur sembilan tahun. Sebelumnya, dia tinggal di dekat jalan inspeksi. Rumahnya digusur karena ada proyek pelebaran jalan. Kini, ia tinggal bersama istri, anak, dan cucunya di badan Kanal Barat. Meskipun rawan disapu banjir, ia memilih tinggal di sana karena tidak ada tempat.

”Kalau ada rusun, saya mau. Sementara saya tetap bertahan di sini atau menumpang karena tidak ada tempat,” ujar Ali.

Suprianto (51), pemilik gubuk lain, mengatakan sudah sepuluh tahun mencari nafkah di gubuk itu. Ia mengumpulkan sampah, memilah, kemudian menjual kepada pengepul. Ia sadar tinggal di lahan milik pemerintah dan harus mengembalikan tanah itu sesuai fungsinya. Namun, ia juga harus merintis ulang usaha yang selama ini menghidupi istri dan kedua anaknya. Ia menolak jatah unit rusun meskipun memiliki KTP DKI Jakarta.

”Tak hanya usaha, kami juga tinggal di situ. Sekarang istri dan anak saya suruh pulang ke Tegal, Jawa Tengah,” kata Suprianto.

Camat Palmerah Zery Ronazy mengatakan, pihaknya sudah menjalankan prosedur penertiban dengan benar. Ia sudah melakukan sosialisasi dengan melibatkan RT, RW, dan lurah. Warga direncanakan mendapatkan unit rusun di Kota Bambu Selatan Palmerah. Namun, rusun itu dalam proses pembangunan. Selain itu, mayoritas warga juga menolak menerima rusun karena sudah mengontrak atau memiliki rumah di sekitar lokasi.

”Rata-rata gubuk itu hanya digunakan sebagai tempat usaha,” ujar Zery.

Penertiban di lokasi itu dilakukan untuk membebaskan jalan inspeksi dan normalisasi Kanal Barat, juga sebagai upaya menormalisasi sungai untuk mengantisipasi banjir. Menurut rencana, taman di lokasi tersebut juga akan difungsikan kembali.

PKL ditertibkan

Pemerintah Kota Jakarta Selatan juga menertibkan ratusan lapak pedagang kaki lima di Jalan Harsono RM, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Penertiban itu dilaksanakan sebagai respons atas keluhan warga yang kesulitan mengakses jalan menuju Taman Margasatwa Ragunan (TMR) karena okupasi PKL.

Menurut Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Selatan Sulistiarto, sebagian Jalan Harsono RM biasanya dipakai 200 PKL. ”Pada akhir pekan menjadi 450 PKL,” katanya.

PKL berjualan mulai dari sisi Pintu Masuk Utara TMR hingga di depan gerbang Gelanggang Olahraga Ragunan. Umumnya, mereka berjualan pakaian anak, makanan, dan minuman. Kemarin, 75 petugas dikerahkan untuk membongkar lapak-lapak kayu dan mengangkutnya dengan truk Satpol PP. Menurut Sulistiarto, pihaknya akan berjaga untuk mencegah PKL kembali ke lokasi itu.

Pendataan warga rusun

Adapun pendataan sesuai domisili dan lebih selektif terhadap warga Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda terus dilakukan. Warga yang tidak memiliki KTP sesuai domisili pada Februari mendatang terancam digusur.

Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta Edison Sianturi mengatakan, pendataan ini jauh lebih selektif dan harus berdasar semua data yang wajib dimiliki warga. Apabila tidak memiliki salah satu di antaranya, KTP tidak akan diberikan.

”Pengantar dari RT, misalnya, kalau tidak punya, KTP tidak kami buatkan. Sebab, tentu ada yang salah kalau begitu. Beberapa orang yang mencoba bermain-main kami tolak permohonannya,” kata Edison.

Menurut data kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, hingga awal Januari 2015 ini, dari 2.600 keluarga atau 6.275 jiwa yang menghuni rusun, baru 72 persen yang telah menyesuaikan administrasi sesuai domisili.

Apabila proses itu selesai, tambah Edison, data yang dimiliki harus memiliki kesesuaian antara domisili, identitas diri, serta data di buku bank yang dimiliki. Hal tersebut yang menjadi dasar untuk menetap di rusunawa. (JAL/DNA/DEA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com