Perbandingannya begitu kontras sehingga bisa menjelaskan kalau peresapan air di Jakarta Utara juga sangat sedikit.
"Intensitas pemanfaatan ruang terbangun di Jakarta bagian utara mencapai 90 persen, sementara kawasan hijau dan lainnya hanya 10 persen," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (12/2/2015).
Sutopo menambahkan, konsekuensinya, sekitar 85 persen curah hujan yang jatuh ke tanah berubah menjadi aliran permukaan alias tidak terserap. Dengan kata lain, kapasitas drainase perkotaan Jakarta saat ini rata-rata hanya mampu mengalirkan debit air jika hujan 50-60 milimeter per hari.
"Artinya, saat hujan normal pun, genangan sudah sering timbul. Apalagi jika hujan ekstrem 177 milimeter per hari dan 361 milimeter per hari, (Jakarta) dipastikan akan banjir," tambah Sutopo.
Sutopo memperkirakan, hujan ekstrem di Jakarta akan makin sering terjadi. Ancaman banjir pun akan meningkat. Maka dari itu, kata Sutopo, perlu pembenahan menyeluruh terhadap drainase mikro atau dalam skala kecil. Contohnya dengan membuat sumur-sumur resapan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.