Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Ingin Go-Jek Masuk Sistem Jakarta Smart City

Kompas.com - 18/02/2015, 08:52 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ingin jasa ojek yang tergabung dalam Go-Jek dapat masuk ke dalam sistem Jakarta Smart City atau smartcity.jakarta.go.id. Hal itu disampaikan Basuki seusai bertemu dengan jajaran direksi PT Go-Jek Indonesia, di Balai Kota, Selasa (17/2/2015). 

"Kami juga ingin Go-Jek terintegrasi dengan Smart City. Nantinya kerja sama ini menguntungkan kedua pihak karena kami bantu promosi mereka, sementara warga Jakarta dan turis memiliki banyak pilihan sarana transportasi," kata Basuki. 

Basuki pun mengakui, sarana transportasi ojek tidak tercantum dalam Undang-Undang Lalu Lintas. Namun, adanya aplikasi semacam ini menjadi inovasi bagi warga ataupun turis untuk membantu kegiatan mereka.

"Jadi, bule bisa datang ke sini dan bisa coba naik Go-Jek. Ini aman karena ada di sistem Jakarta Smart City. Itu yang kami harapkan, timbal balik," kata Basuki. 

Direktur PT Transjakarta Antonius NS Kosasih mengaku belajar teknologi melalui Go-Jek. Ke depan, aplikasi serupa yang dapat diunduh di Google Play Store ataupun App Store ini juga dibuat untuk mengecek keberadaan bus-bus di Jakarta.

Selain itu, penilaian warga melalui pola rating yang sudah digunakan Go-Jek juga sangat mungkin untuk diterapkan kepada sopir transjakarta. Penumpang bisa langsung memberikan masukan melalui rating yang ada di aplikasi yang sudah diunduh di smartphone warga.

"Kalau kami bisa kerja sama dalam waktu dekat, saya akan melengkapi semua sopir saya dengan fasilitas Android. Paling cepat, nantinya, di aplikasi ini, warga bisa komplain sopir mana yang ugal-ugalan dan lainnya," kata Kosasih.

Sekadar informasi, aplikasi Go-Jek membuat warga tak perlu lagi mendatangi tempat mangkal atau stop tukang ojek di pinggir jalan. Adapun Go-Jek merupakan sistem yang dibuat sebuah perusahaan lokal bernama PT Go-Jek Indonesia.

Selain transportasi ke tempat tujuan, Go-Jek menyediakan jasa lain berupa pengantaran serupa kurir dan jasa belanja, yakni membelikan barang yang dipesan pengguna—misalnya makanan—dengan nilai maksimal Rp 1 juta. 

Aplikasi Go-Jek telah diunduh 50.000 kali sejak diluncurkan. Untuk memesan ojek, peminat bisa mengunduh aplikasi Go-Jek dari toko aplikasi Android di Google Play atau Apple di App Store, melakukan registrasi e-mail dan nomer telepon, lalu memesan ojek. 

Dalam waktu paling lama 45 menit, ojek dijamin sudah tiba ke tujuan. Posisi ojek yang dipakai bisa dipantau lewat aplikasi karena pengemudi ojek turut dilengkapi smartphone dengan fitur GPS. Jumlah pengemudi ojek yang tergabung dalam Go-Jek kini telah mencapai kisaran 2.000 orang dan tersebar di area Jabodetabek.

Pihak Go-Jek turut menyediakan perlengkapan standar lain berupa sepasang helm dan jaket. Pengguna juga bisa memberikan feedback berupa review atau masukan lain terhadap layanan pengemudi ojek dari Go-Jek.

Untuk tarif, tukang ojek tidak menetapkannya sendiri. Tarif Go-Jek sudah ditentukan, yakni Rp 4.000 per kilometer dengan jumlah minimal pembayaran sebesar Rp 25.000. Para tukang ojek yang tergabung di Go-Jek ini merupakan tukang ojek yang biasa mangkal di jalan, dan bukan melalui sistem rekrutmen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com