Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemacetan Itu Cermin

Kompas.com - 13/03/2015, 14:05 WIB
Oleh: AGUS HERMAWAN

Rambu bertuliskan "Jalur Khusus Sepeda" lengkap dengan gambar sepeda terpasang. Mungkin biar lebih tegas-atau mungkin biar proyek pengadaan rambu bertambah-rambu bergambar panah juga dengan gambar sepeda diletakkan di sampingnya.

Dua tahun lalu, jalan inspeksi Banjir Kanal Timur (BKT) itu dinyatakan tertutup untuk sepeda motor, hanya sepeda yang dibolehkan lewat. Saat meresmikannya, Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta saat itu, menyempatkan diri bersepeda di jalur sepanjang 6,7 kilometer itu.

Sejak awal, jalur sepeda di BKT itu tidak berjalan mulus. Bahkan saat itu, sejumlah pesepeda berjibaku menghadang para pesepeda motor yang ramai-ramai melanggar rambu dan memasuki jalur khusus sepeda. Para pesepeda bertekad menjaga jalur itu hanya untuk sepeda. Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur juga menempatkan sejumlah petugasnya untuk menjaga agar pesepeda motor tidak masuk ke jalur sepeda.

Namun, itu cerita lalu. "Pertahanan" menjaga jalur sepeda itu akhirnya jebol. Bukan karena para pesepeda menyerah. Namun, sejak Jumat (6/3) pekan lalu, Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur Bernard Oktavianus Pasaribu mempersilakan pesepeda motor memasuki jalur khusus sepeda itu. Alasannya, untuk mengurai kemacetan yang biasa terjadi di sepanjang Jalan Kolonel Sugiono hingga Jalan Basuki Rahmat.

Kasus perubahan kebijakan jalur khusus sepeda di BKT itu contoh kecil yang bisa mencerminkan ketidakkonsistenan Pemprov DKI dalam kebijakan transportasi. Orang Jakarta mungkin bilang, "Jangankan menjalankan 17 langkah mengatasi kemacetan DKI, ngurus lajur sepeda saja enggak becus."

Sepeda memang masih terkesan dianaktirikan dalam sistem transportasi lalu lintas Ibu Kota. Kalaupun dibuatkan lajur khusus sepeda, seperti di beberapa lokasi, hal itu lebih ke sekadar basa-basi seremonial.

Setiap hari para pesepeda seperti berjuang di jalanan Jakarta. Mereka terpaksa menggunakan badan jalan bertempur dengan mobil, sepeda motor, atau angkutan umum yang saling serobot. Mereka terpaksa melipir di bahu jalan atau trotoar yang tidak dilengkapi fasilitas untuk pesepeda.

Berbeda dengan sepeda motor, yang secara masif merangsek memenuhi jalanan Ibu Kota. Kalaupun ada pembatasan di jalan protokol, pertumbuhan kepemilikan sepeda motor tidak tertahankan.

Kehadiran sepeda motor ibarat "anak haram" yang lahir dari buruknya pelayanan angkutan umum di Jakarta yang tidak juga kunjung baik. Jumlahnya semakin membesar dan tidak terkendali. Bisa jadi karena di dalamnya juga ada kepentingan industri otomotif, mudahnya mendapatkan kredit sepeda motor dan banyak hal lainnya.

Kemacetan lalu lintas di Jakarta ibarat benang kusut. Berita di berbagai media juga ibarat mengulang-ulang lagu lama.

Dari kondisi jalanan setiap hari itu, kita bisa becermin bagaimana kondisi masyarakat ataupun pemerintahnya. Setiap hari kita menyaksikan seperti apa "diri kita".

Kita adalah masyarakat yang saling serobot, sumpah serapah, tidak sabaran, tidak tertib hukum, anti tertib dan disiplin, merasa benar sendiri, atau mengeluh kemacetan dari balik kemudi mobilnya sendiri. Mobil yang kebanyakan hanya diisi satu-dua orang memperparah kemacetan itu sendiri.

Bisa jadi benar adanya bahwa kondisi lalu lintas juga bisa menjadi cerminan bagaimana pemerintahan berjalan. Kusut, macet, dan belum memberikan pelayanan kepada rakyat sebagaimana mestinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Eks Warga Kampung Bayam Ingin Hunian Layak dan Minta Cabut Laporan Polisi

Eks Warga Kampung Bayam Ingin Hunian Layak dan Minta Cabut Laporan Polisi

Megapolitan
Berantas Kemiskinan, Dinsos DKI Minta Pelaku Usaha Ikut Padmamitra Awards DKI Jakarta 2024

Berantas Kemiskinan, Dinsos DKI Minta Pelaku Usaha Ikut Padmamitra Awards DKI Jakarta 2024

Megapolitan
Jaktim Punya SDM yang Maju, Warga: Sektor Pendidikan Cukup Mumpuni

Jaktim Punya SDM yang Maju, Warga: Sektor Pendidikan Cukup Mumpuni

Megapolitan
Operasional MRT Jakarta Dihentikan Sementara Imbas Besi Crane Jatuh ke Rel

Operasional MRT Jakarta Dihentikan Sementara Imbas Besi Crane Jatuh ke Rel

Megapolitan
Mediasi Eks Warga Kampung Bayam dengan Pemprov DKI Ditunda, Berlanjut Pekan Depan

Mediasi Eks Warga Kampung Bayam dengan Pemprov DKI Ditunda, Berlanjut Pekan Depan

Megapolitan
Sufmi Dasco Disebut Segera Umumkan Soal Majunya Budisatrio Djiwandono dan Kaesang di Pilkada DKI 2024

Sufmi Dasco Disebut Segera Umumkan Soal Majunya Budisatrio Djiwandono dan Kaesang di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pemkot Bogor Tak Akan Beri Celah Kecurangan PPDB 2024

Pemkot Bogor Tak Akan Beri Celah Kecurangan PPDB 2024

Megapolitan
Jasad Pria Membusuk di Apartemen Kemayoran, Diduga Meninggal karena Sakit

Jasad Pria Membusuk di Apartemen Kemayoran, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Bursa Bakal Cawalkot Bogor Mulai Ramai, Warga Belum Mengenal Sosok

Bursa Bakal Cawalkot Bogor Mulai Ramai, Warga Belum Mengenal Sosok

Megapolitan
MA Ubah Aturan Batas Usia Calon Gubernur, Pengamat: Berkaitan dengan Rencana Kaesang Maju Pilkada Jakarta

MA Ubah Aturan Batas Usia Calon Gubernur, Pengamat: Berkaitan dengan Rencana Kaesang Maju Pilkada Jakarta

Megapolitan
Muncul Poster Budisatrio-Kaesang untuk Pilkada Jakarta, Pengamat: Itu Kode Serius

Muncul Poster Budisatrio-Kaesang untuk Pilkada Jakarta, Pengamat: Itu Kode Serius

Megapolitan
Pekerja di Jakarta: Kalau Sudah Punya Rumah, Tapera untuk Apa?

Pekerja di Jakarta: Kalau Sudah Punya Rumah, Tapera untuk Apa?

Megapolitan
Soal Kabar Kaesang Duet dengan Keponakan Prabowo di Pilkada 2024, DPW PSI: Belum Terima Informasi Pusat

Soal Kabar Kaesang Duet dengan Keponakan Prabowo di Pilkada 2024, DPW PSI: Belum Terima Informasi Pusat

Megapolitan
Pedagang Kopi Keliling di Tanah Abang Terjaring Razia Jukir

Pedagang Kopi Keliling di Tanah Abang Terjaring Razia Jukir

Megapolitan
Muncul Foto Budisatrio Djiwandono dan Kaesang for Jakarta, Gerindra : Itu Aspirasi Masyarakat

Muncul Foto Budisatrio Djiwandono dan Kaesang for Jakarta, Gerindra : Itu Aspirasi Masyarakat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com