Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trotoar Jakarta Buat Siapa?

Kompas.com - 26/03/2015, 09:02 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Melihat pemandangan trotar di Jakarta sekarang tak ubahnya seperti jalan-jalan yang dilalui kendaraan bermotor. Trotoar yang seharusnya berfungsi sebagai pejalan kaki, makin lama tergerus oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab, seperti pengendara motor dan pedagang asongan.

Kukuh Adi Danisworo, salah seorang yang membuat video dengan tema kendaraan lawan arah di atas trotoar, mengatakan, fungsi trotoar tak lagi untuk penjelan kaki. Ia mengatakan, penyebabnya adalah kurang pengawasan dari pemerintah.

"Pengawasan pemerintah jelas enggak ada karena sepertinya asumsi pemerintah semua orang sudah punya kendaraan sendiri, jadi siapa yang mau jalan kaki. Masyarakatnya pun menurut saya lebih banyak yang apatis karena sudah terbiasa dengan ketidakteraturan," kata Kukuh, Rabu (25/3/2015).

Seharusnya, kata Kukuh, masyarakat atau pejalan kaki di trotoar dapat menegur pengendara sepeda motor atau pedagang asongan yangt berjualan di atas trotoar. Namun, yang terjadi saat ini, teguran itu malah terlihat tidak biasa.

"Sebenarnya enggak banyak yang bisa dilakukan. Permasalahannya masyarakat sudah melihat hal ini (alih fungsi trotoar) sebagai hal yang biasa, jadi kalau pun pengendara motornya ditegur yang terjadi malah kelihatan seperti hal yang enggak biasa," ucapnya.

Kukuh menilai masing-masing ruang publik sudah memiliki fungsinya. Hanya saja, masyarakat dinilai belum cukup sadar akan fungsi ruang publik itu sendiri.

"Yang menjadi masalah terbesar adalah kesadaran kalau ruang publik itu milik bersama, sehingga seharusnya saling berbagi, digunakan sesuai fungsi ya dan menjaganya. Bukan jadi lahan jualan di taman atau trotoar, lewat trotoar atau busway atau buang sampah sembarangan di mana mana," kata Kukuh.

Sehingga, kata Kukuh, trotoar yang merupakan bagian dari sekelumit permasalahan ruang publik di Jakarta belum dapat terselesaikan. Padahal, ruang publik dapat digunakan sebagai alternatif lokasi penghilang penat selain mal.

"(Ruang publik) penting supaya masyarakat mempunyai alternatif tempat yang bisa dikunjungi selain mal atau convenience stores. Tetapi yang saya lihat sejauh ini banyak yang memanfaatkannya dengan positif dan enggak sedikit juga dengan enggak semestinya," ujar Kukuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ponsel Pria Dalam Toren di Pondok Aren Hilang, tetapi Masih Aktif

Ponsel Pria Dalam Toren di Pondok Aren Hilang, tetapi Masih Aktif

Megapolitan
Satu Pelajar Kritis Usai Terlibat Tawuran di Bekasi

Satu Pelajar Kritis Usai Terlibat Tawuran di Bekasi

Megapolitan
Sindikat Curanmor di Palmerah Bobol 4 Motor Tiap Semalam Selama Tiga Bulan

Sindikat Curanmor di Palmerah Bobol 4 Motor Tiap Semalam Selama Tiga Bulan

Megapolitan
Agenda Pemeriksaan SYL dalam Kasus Firli Besok Terhalang Jadwal Sidang

Agenda Pemeriksaan SYL dalam Kasus Firli Besok Terhalang Jadwal Sidang

Megapolitan
Jalan Terjal Ahok Maju Pilkada Jakarta 2024, Pernah Kalah Pilkada DKI 2017 dan Calon Lawan yang Kuat

Jalan Terjal Ahok Maju Pilkada Jakarta 2024, Pernah Kalah Pilkada DKI 2017 dan Calon Lawan yang Kuat

Megapolitan
Warga Koja Gerebek Pengedar Narkoba yang Lagi 'Nyabu' di Kontrakannya

Warga Koja Gerebek Pengedar Narkoba yang Lagi "Nyabu" di Kontrakannya

Megapolitan
Petugas Gabungan Tertibkan APK Bakal Calon Wali Kota Bogor

Petugas Gabungan Tertibkan APK Bakal Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Satpol PP Tertibkan Puluhan Spanduk Bacawalkot di Kota Bogor

Satpol PP Tertibkan Puluhan Spanduk Bacawalkot di Kota Bogor

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Anggota Sindikat Pencurian Motor di Palmerah

Polisi Tangkap 3 Anggota Sindikat Pencurian Motor di Palmerah

Megapolitan
LBH Jakarta Sebut Pemberian Bintang Empat Prabowo Abaikan UU TNI

LBH Jakarta Sebut Pemberian Bintang Empat Prabowo Abaikan UU TNI

Megapolitan
Polisi Imbau Warga Bikin SIM Langsung di Satpas, Jangan Termakan Iming-iming Medsos

Polisi Imbau Warga Bikin SIM Langsung di Satpas, Jangan Termakan Iming-iming Medsos

Megapolitan
NIK 213.831 Warga Sudah Dipindahkan ke Luar Jakarta, Dukcapil: Akan Terus Bertambah

NIK 213.831 Warga Sudah Dipindahkan ke Luar Jakarta, Dukcapil: Akan Terus Bertambah

Megapolitan
Polisi Musnahkan 300 Knalpot Brong di Koja dengan Gergaji Mesin

Polisi Musnahkan 300 Knalpot Brong di Koja dengan Gergaji Mesin

Megapolitan
Polresta Bogor Luncurkan Aplikasi SiKasep, Lapor Kehilangan Tak Perlu Datang ke Kantor Polisi

Polresta Bogor Luncurkan Aplikasi SiKasep, Lapor Kehilangan Tak Perlu Datang ke Kantor Polisi

Megapolitan
Janggal dengan Kematian Anaknya di Dalam Toren, Ibu Korban: Ada Bekas Cekikan

Janggal dengan Kematian Anaknya di Dalam Toren, Ibu Korban: Ada Bekas Cekikan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com