Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prijanto Nilai Sebagian Anggaran Siluman adalah Program Bermanfaat

Kompas.com - 08/04/2015, 20:29 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto berkeyakinan anggaran Rp 12,1 triliun yang ada pada rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD) DKI 2015 tidak semuanya berisikan program-program yang buruk. Ia yakin ada banyak program bermanfaat di dalam jumlah anggaran yang kemudian dikenal sebagai anggaran siluman itu.

Menurut Prijanto, pada dasarnya anggaran dapat dibedakan atas tiga jenis, yakni anggaran yang sesuai kebutuhan rakyat dan tidak di-mark-up; anggaran yang boleh diadakan dan boleh tidak; dan anggaran yang tidak sesuai kebutuhan dan di-mark-up.

"Harusnya ditanyakan, Rp 12,1 triliun itu yang buruk ada berapa. Saya berpendapat, Rp 12,1 triliun itu terdiri dari tiga kategori itu," ujar dia usai menghadiri sebuah diskusi di Gedung DPRD, Rabu (8/4/2015).

Prijanto menolak tudingan Gubernur Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama yang menyebutkan Rp 12,1 triliun seluruhnya berasal dari usulan DPRD. Apalagi, sampai saat ini Ahok tidak bisa menjelaskan secara rinci apa saja program yang ada di dalam anggaran tersebut.

Atas dasar itulah, pria yang menjabat saat era Gubernur Fauzi "Foke" Bowo itu menganggap sebagian program yang ada pada Rp 12,1 triliun adalah terencana, namun tak jadi dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Sebenarnya kalau mau jujur, Rp 12,1 triliun itu juga dari hasil crop-crop-an program yang tidak disetujui oleh eksekutif sendiri. Contohnya, program antirayap yang dibatalkan oleh Dinas Perumahan karena dianggap tidak penting. Itu Rp 30 M; program pipanisasi yang dibatalkan karena dianggap keliru karena pipanisasi tanggung jawabnya BUMD; dan Kampung Deret tidak dilakukan karena tahun lalu ada catatan dari BPK," ujar dia.

Sebagai informasi, anggaran siluman adalah anggaran yang disebut Ahok berada di dalam RAPBD yang merupakan hasil pembahasan dengan DPRD. Karena ada anggaran itulah, Ahok memutuskan tidak menyerahkan RAPBD hasil pembahasan dengan DPRD ke Kemendagri.

Hal itulah yang kemudian membuat DPRD murka dan mengajukan hak angket kepadanya. Hasil angket kemudian menyatakan Ahok telah melanggar sejumlah peraturan perundang-undangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com