Rencana pemecatan tersebut mencuat lantaran dia dianggap "keluyuran" saat berlangsungnya ujian nasional di sekolah yang dikepalainya.
Ia kedapatan menemani Presiden RI Joko Widodo, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk meninjau pelaksanaan UN di SMA Negeri 2 Jakarta pada Selasa (14/4/2015) lalu. [Baca: Ahok: Retno Listyarti Mesti Dipecat dari Kepala Sekolah]
Padahal, kepala sekolah seharusnya berada di sekolah selama pelaksanaan UN. Retno mengakui, dirinya memang mengunjungi sekolah yang berada di kawasan Olimo, Jakarta Barat. Namun, kepergian dia ke sana bukan tanpa alasan.
Retno ke sana atas tawaran sebuah stasiun televisi swasta yang akan mewawancarai dirinya mengenai kebocoran soal UN.
Adapun selain kepala sekolah, Retno juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). [Baca: Ahok Akui Pernah Tantang Kepala SMAN 3 Jadi Kepala Dinas Pendidikan]
Ia menjelaskan, FSGI memiliki posko pengaduan UN yang menerima laporan kebocoran soal UN di internet.
"Selain kepala sekolah, saya juga petinggi organisasi guru. Saya diwawancara tentang kebocoran soal UN. Itu peran saya sebagai petinggi organisasi guru," ujar Retno kepada Kompas.com.
Namun, alasan ini dinilai tidak tepat oleh Gubernur Basuki. Menurut Basuki, perilaku Retno yang memilih untuk melakukan sesi wawancara dengan salah satu stasiun televisi swasta dibanding mengawasi anak muridnya menjalani UN adalah kesalahan besar.
Basuki pun berjanji akan memberikan sanksi kepada Retno.
Tidak hanya itu, Retno sebelumnya juga kerap diberitakan atas kasus skors terhadap enam siswa. Ia dilaporkan oleh orangtua siswa atas tuduhan diskriminatif kepada siswanya.
Padahal, menurut Retno, pemberian hukuman tersebut untuk menegakkan aturan di sekolah. Keenam siswa itu sebelumnya terlibat dalam kasus pengeroyokan terhadap seorang pria. Retno pun kemudian beberapa kali mendatangi Polda Metro Jaya untuk diperiksa. [Baca: Kasus "Keluyuran", Dinas Pendidikan Panggil Kepala SMAN 3]
Terakhir, penyidik menyatakan bahwa Retno tidak terbukti melakukan tindakan diskriminatif terhadap siswanya. Namun, sejauh ini, penyelidikan masih dilanjutkan.
Retno mengaku berkomitmen untuk memberikan ketegasan terhadap siswa-siswanya yang terlibat kekerasan.
Aksi kekerasan diketahui bukan hanya sekali dua kali terjadi di SMAN 3. Oleh karena itu, ia berniat memutus rantai kekerasan tersebut.
Laporkan Prabowo