Samsudin kini menempati sebuah unit rusun dengan dua kamar di lantai dua. Saat ditemui Kompas.com, Jumat (29/5/2015), bapak dua anak ini sedang berbenah. Kamis (28/5/2015) malam tadi, ia baru saja tiba membawa semua perabotan barang dari rumahnya yang digusur. Untuk pindah membawa perabotan, ia menghabiskan uang Rp 500.000.
Pindah di rusun tersebut adalah sesuatu yang di luar kehendak Samsudin. Menurut Samsudin, ini karena kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menggusur tempat tinggalnya.
"Ini keterpaksaan karena di sana sudah enggak bisa buat berlindung lagi. Pemerintah sudah kurang manusiawinya. Ini semua ulahnya Ahok," kata Samsudin di Rusun Komarudin, Jakarta Timur, Jumat pagi.
Ia mengatakan, suka atau tidak, kini dia mesti tinggal di rusun tersebut. Yang memberatkannya adalah biaya sewa. Samsudin mengaku lebih senang tinggal rumahnya di Pinangsia. Kata dia, sekalipun rumah itu kecil, ia tidak perlu membayar sewa, cukup bayar listrik dan air.
"Kalau di sini kan kita sewa, kayak ngontrak seumur hidup. Masih mending kalau perumnas, bayar tiap bulan, tetapi 15 tahun bisa jadi milik. Kalau ini kan modelnya seumur hidup ngontrak. Jadi, kalau betah terusin, enggak betah ya angkat kaki," ujar Samsudin.
Ia belum tahu pasti, berapa biaya sewa rusun nantinya. Selama enam bulan ke depan, ia akan bebas dari biaya sewa unit rusun, kecuali untuk air dan listrik. Namun, menurut beberapa tetangga-nya yang sudah menempati rusun itu, biaya sewa di lantai dua Rp 213.000. Biaya ini, bagi dia, adalah beban.
Pria yang sudah "pensiun" dari pekerjaannya sebagai sekuriti itu tidak memiliki penghasilan. Dia menyebut, di Pinangsia, dia bisa memperoleh rezeki. Sekarang, dia mesti memutar otak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di tempat tinggal dengan suasana baru itu.
"Kan Rp 20.000 saja buat kebutuhan sehari-hari belum tentu cukup," ujar dia.
Selain itu, Samsudin mengaku, putri kecilnya yang duduk di bangku kelas IV SD 103 Ancol, Jakarta Utara, sudah beberapa hari tak sekolah karena gusuran itu. Padahal, awal pekan depan, putrinya mesti mengikuti ujian sekolah.
"Kemungkinan saya mau titip dulu dua bulan di keluarga di Kota, biar dia bisa sekolah," ujarnya.
Samsudin merupakan salah satu warga bantaran Kali Ciliwung, Pinangsia, Jakarta Barat, yang rumahnya ditertibkan. Mereka menempati jalur hijau yang akan digunakan untuk pembangunan jalan inspeksi oleh Pemprov DKI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.