Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bule Belanda Rekam Tanah Abang, Dulu dan Sekarang

Kompas.com - 31/05/2015, 08:12 WIB

JAKARTA - Bisakah Anda jatuh cinta pada suatu tempat walau belum pernah ke sana? Jika pertanyaan ini ditanyakan pada Sven Verbeek, jawabannya tentu saja ya!

Pria kelahiran Belanda ini telah melakukan riset lebih dari 25 tahun tentang Tanah Abang, wilayah permukiman pendatang pada jaman Hindia Belanda yang kini berubah menjadi pusat perdagangan pakaian besar, riuh, dan macet.

Ketertarikannya pada Tanah Abang berawal dari cerita-cerita neneknya, Welly van Garderen, yang menghabiskan masa mudanya di sana.

"Bagi saya, itu seperti hidup di planet lain. Hangatnya udara, pepohonan, burung-burung, buah-buah tropis, orang Indonesia yang ramah, dan rumah yang lapang," kisah Sven dalam laman Facebook yang didedikasikan untuk Tanah Abang.


Kepada BBC Indonesia, Sven yang kini tinggal di Australia mengatakan bahwa empat generasi leluhurnya pernah tinggal di sana dari 1863 hingga 1948, ketika mereka memiliki empat rumah yang dikenal dengan Tanah Abang Heuvel (atau Bukit Tanah Abang).

"Dia (nenek) bisa bicara berjam-jam tentang masa kecilnya. Berjalan tanpa alas kaki ke rumah sebelah yang ditinggali kakek dan neneknya. Mengendap-endap keluar jendela malam hari dengan kakak laki-lakinya ke Pasar Tanah Abang untuk membeli sirup susu dan kolang kaling."

Sven Verbeek Metamorfisis Tanah Abang. Kakeknya pada 10 Mei 1927, meninggalkan upacara pernikahan.
Sven Verbeek Foto Sven berdiri di titik yang sama pada 2015.
Setelah nenek Sven meninggal, dia mulai mencari arsip-arsip foto, cerita, dan peta di Belanda. "Sejak saya belajar mengenal Scott Merrillees, penulis Batavia In 19th Century Photographs, pada 2000, saya berbagi ketertarikan saya dengan dia dan berbagi foto-foto historis. Kami telah menjadi teman baik dan memiliki kecintaan besar pada sejarah Jakarta."

Berfoto kembali

Pada 1995, Sven barulah berkunjung ke Tanah Abang. Dan, pada Mei 2015 lalu - tepat 88 tahun kakek dan neneknya menikah di Bukit Tanah Abang - Sven bersama Scott dan Sahabat Museum menyelenggarakan tur sejarah di sana.

"Saya berniat berfoto kembali di titik yang sama ketika kakek saya berdiri dan duduk. Meskipun ini adalah momen istimewa, sangat sulit bernostalgia tentang kehidupan pada 1927 karena perubahan yang sangat dramatis. Dan karena kemacetan dan kebisingan pasar, sulit untuk berefleksi dan berkontemplasi. Seperti Anda lihat di foto, tidak ada yang terlihat sama."

"Jujur saja, area ini tidak semakin menarik dan sangat sibuk, berantakan dan berisik hari ini. Dan banyak bangunan bersejarah telah dihancurkan. Seseorang bisa menjadi sedih dengan cepat karena banyaknya perubahan ini."

Sven mencatat bahwa pada 1995 lalu masih ada 25 hingga 30 bangunan Belanda sebelum Perang Dunia II yang masih berdiri di Jalan Abdul Muis dan Jalan Tanah Abang Timur. Kini yang tersisa kurang dari lima.

Namun di sisi lain, dia mengaku harus realistis. Populasi Jakarta telah menggendut dari 300.000 orang pada tahun 1920-1930 menjadi 12 juta sekarang. Tanah Abang memang harus "berubah".

"Bagi kakek saya, ini akan menjadi kejutan yang dramatis."

"Saya sendiri tidak bisa mengatakan bahwa saya suka dengan Tanah Abang sekarang. Tetapi saya masih merasa sangat tertarik untuk berjalan-jalan di sana karena saya tahu sejarahnya dan betapa indah pemandangannya di masa lalu, dan karena saya memiliki sejarah keluarga dan jejak-jejak leluhur di sana. "

Sven kini memiliki laman Facebook berjudul Tanah Abang, tempat untuk berbagi risetnya sehingga warga Jakarta bisa melihat bagaimana wilayah ini di masa lalu. "Saya memiliki banyak foto pribadi dan sangat sayang jika saya simpan untuk saya sendiri. Saya suka membaginya dengan warga Jakarta. Dan cukup fantastis mendapat komentar positif. Kini laman itu sudah memiliki 400 likes, tapi tentu saja saya ingin lebih banyak."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com