Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengojek Pangkalan Ketika Ikut Seleksi Ojek Berbasis Aplikasi

Kompas.com - 13/08/2015, 05:35 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah pendaftar Grab Bike di Plaza Barat SUGBK, Senayan, tampak kebingungan dengan gawai (gadget) yang dipegangnya. Wajar saja, sebagian besar dari mereka merupakan pengojek pangkalan yang tidak biasa menggunakan ponsel pintar jenis Android.

"Tadi, ada teman nanya, 'Ngerti, Pak?' Terus saya jawab, 'Nggak!'," ungkap Turadi (44), warga Grogol, terkait kesan pertamanya menggunakan ponsel pintar.

Sebagai pengojek sejati, ini pertama kalinya bagi Turadi menggunakan ponsel pintar berjenis layar sentuh, mengingat dia selama ini hanya menggunakan ponsel jadul yang hanya memiliki fitur untuk menelepon dan mengirim SMS.

"Nih handphone saya, cuma bisa telepon dan SMS saja. Sejak awal saya ngojek, pas lulus SMEA, selalu pake HP yang kaya gini. Sekarang harus pake yang gesek-gesek (layar sentuh)," ungkap Turadi sambil memamerkan ponsel lamanya.

Pengojek yang sering mangkal di kawasan Jelambar, Grogol, Jakarta Barat (Jakbar), itu beberapa kali berusaha menanyakan kepada rekannya terkait penggunaan ponsel layar sentuh.

"Orang sekarang maunya serba pakai aplikasi internet. Jadi, mau nggak mau kita harus ikut (perkembangan) teknologi," katanya.

Meski demikian, ayah dua anak itu berjanji akan belajar cara menggunakan ponsel sekaligus aplikasi yang terakses ke penumpang.

Senasib, teman-teman satu pangkalan Turadi juga kebanyakan yang masih gagap teknologi (gaptek). Seperti yang dikatakan Asep (36), dia semula sempat tak berminat untuk bergabung dengan pengelola ojek berbasis aplikasi.

"Kalau di pangkalan, dari 10 pengojek, paling cuma dua yang pakai handphone layar sentuh," katanya.

Saat teman-temannya secara berbarengan mendaftar Grab Bike, Asep pun terpaksa ikut mendaftar. "Kalau cuma satu dua yang daftar, mungkin saya belum tentu ikut (mendaftar). Tapi, ini semua ikut, jadi saya ikut suara terbanyak saja," katanya seraya tertawa.

Sementara itu, pengojek asal Pisangan, Jakarta Timur, Hamdan (35), mengatakan, hal tersebut memang menjadi kendala utama para pengojek konvensional. Namun, tidak ada sistem gugur dalam pelatihan aplikasi yang dilakukan pada tahap kedua dari registrasi keseluruhan pengojek tersebut.

"Untungnya enggak pakai sistem gugur. Kalau ada (sistem gugur), saya yakin banyak yang keluar dari tenda training aplikasi dengan muka tertunduk," kata Hamdan sambil menanti giliran mengambil helm dan jaket.

Pendaftaran ojek aplikasi

Seperti diketahui, sebanyak 2.500 calon pengojek Grab Bike melakukan proses registrasi setelah mendaftar di kantor pusat sejak sebulan terakhir. Dari total jumlah tersebut, panitia membagi menjadi 10 sesi yang terbagi menjadi 250 orang per sesi.

Sebelum masuk ke tenda registrasi, motor para pengojek diperiksa terlebih dahulu, mulai dari kelengkapan hingga kondisi mesin. Setelah itu, 10 petugas akan melayani masing-masing 25 orang untuk registrasi ulang sekaligus penyerahan smartphone.

Calon pengojek yang telah memegang ponsel akan dipersilakan ke lima tenda yang terdapat mentor untuk mengantarkan cara penggunaan aplikasi. Dari sebagian proses yang dilalui para calon pengojek, tahapan training aplikasi menjadi momen yang paling berkesan bagi mereka.

Kemudian, para calon pengojek akan diarahkan ke arena test drive sepeda motor. Lima perwakilan dari tahap yang melakukan registrasi akan menjajakan dua jenis sepeda motor beda CC. Terakhir, para calon pengojek dipersilakan untuk ikut antrean pengambilan atribut, berupa dua helm dan dua jaket.

Lihat suasana saat ribuan tukang ojek mendaftar Go-jek dan GrabBike di sini.

Kompas Video Problematika Go-Jek

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com