"Setelah diantar sampai tempat tujuan, malamnya dia (pengojek) kirim SMS. Karena enggak dibalas, paginya dia chat via WhatsApp. Isi chat-nya enggak penting sih, cuma kayak ucapan selamat pagi atau sapaan umum. Karena enggak balas lagi, dia mulai menyebalkan dengan bilang sombong atau apalah," kata NR kepada Kompas.com, Rabu (9/9/2015).
NR mengaku sama sekali tidak menanggapi pesan-pesan dari si pengojek. Hingga si pengojek mengirimkan pesan yang sama, dengan menyebut NR sombong karena tidak membalas pesannya, sampai tiga hari berturut-turut.
Menurut NR, pengojek yang mengirim pesan langsung ke nomor pribadinya bukan hanya satu orang. Ada sekitar tiga hingga lima pengojek yang pernah melakukan hal serupa terhadap dirinya. Latar belakang mereka berbeda-beda, ada yang masih mahasiswa, ada yang karyawan, dan lainnya.
NR tidak merasa heran jika mereka tahu nomor ponsel miliknya karena setiap kali memesan jasa ojek lewat aplikasi, data-data pribadi, termasuk nomor ponsel, juga tertera di sana. Jika data pribadi penumpang digunakan untuk keperluan pekerjaan, seperti menanyakan lokasi saat sudah memesan, itu sah-sah saja.
"Tapi, kalau nge-chat yang berkali-kali gitu ya gimana gitu," ujar NR.
Meski pernah mengalami hal tak mengenakkan, NR mengaku tetap mau menggunakan jasa ojek berbasis aplikasi dengan sejumlah kemudahan yang dia dapatkan.
Peristiwa semacam yang dialami NR ini sedang ramai dibicarakan di media sosial, terkait dengan pelanggaran privasi yang dilakukan pengojek berbasis aplikasi.
Kompas.com telah berusaha menghubungi pihak perusahaan seperti Go-Jek dan Grab Bike sejak kemarin sampai pagi ini, tetapi belum ada yang merespons.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.