Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengemudi Ojek Aplikasi Bicara tentang Privasi Pelanggan

Kompas.com - 08/09/2015, 18:42 WIB
Aldo Fenalosa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kening Agus tampak berkerut saat membicarakan masalah privasi pengguna jasa ojek berbasis aplikasi. Sebab, selama menjadi pengojek berbasis aplikasi, dia mengaku tidak pernah mengutak-atik data pengguna jasa yang masuk ke dalam ponselnya.

"Mengirim SMS (short message service) yang aneh-aneh ke customer maksudnya? Ya saya ngapain banget kayak-kayak gitu. Saya di-training profesional. Kalau hubungan sama customer, ya cuma sampai tempat tujuannya saja, habis itu putus," kata Agus yang tengah beristirahat saat ditemui di kawasan Thamrin, Selasa (8/9/2015).

Menurut Agus, semua pengojek berbasis aplikasi di tempatnya bekerja digembleng untuk mengutamakan kepuasan pelanggan (baca: Soal Privasi Data Penumpang, Ini Pengakuan Pengemudi Go-Jek). Bila tidak, hukuman pemecatan menjadi pukulan telak untuk mereka. Oleh karena itu, Agus tidak pernah berpikir untuk merendahkan pengguna jasa ojeknya.

"Kita itu di-training buat ramah ke customer. Harus bisa mengajak ngobrol seperti teman saja. Makanya, kita selalu ladenin apa saja pertanyaan customer saat lagi jalan. Terbuka. Tetapi, mungkin ada customer yang mikir-nya lain. Kan orang-orang beda-beda anggapannya," kata Agus yang berdomisili di kawasan Depok. (Baca: Pengojek Berbasis Aplikasi Buka-bukaan soal Order Fiktif untuk Raup Untung)

Menurut dia, keseharian menjadi pengojek berbasis aplikasi memang menjadikan mereka lebih mobile mencari calon penumpang. Namun, hal itu tidak selalu membuat mereka kesulitan.

Tidak jarang pengojek juga mendapatkan teman baru karena interaksi yang intens saat mengantarkan penumpang ke tempat tujuan. Salah satunya seperti Sandito.

Sudah setengah tahun lebih ia menjadi tukang ojek berbasis aplikasi. Dia mengakui memang ada interaksi dengan salah satu pelanggannya di luar kegiatan ojek. Namun, itu juga pelanggannya yang menghubungi terlebih dahulu.

"Waktu itu saya ngobrol-ngobrol sama salah satu penumpang. Bapak-bapak mau ke Stasiun Manggarai. Kondisinya pas lagi bulan puasa mau buka. Kita ngobrol ngalur-ngidul. Eh waktu malam takbiran ternyata dapat ucapan Lebaran juga dari dia kirim SMS. Soalnya waktu dia order ojek, saya sempat telepon dia tanya posisinya di sebelah mana. Eh ternyata disimpan nomor saya," kata Sandito ditemui di kawasan Gajah Mada.

Aplikasi ojek yang ada di ponsel pengojek memang memungkinkan mereka untuk dapat melihat nama, nomor telepon, dan alamat tujuan penumpang yang akan diantarkan.

Aplikasi itu juga dilengkapi fitur yang bisa digunakan oleh penumpang untuk menilai pelayanan masing-masing ojek aplikasi yang mereka gunakan.

Fitur penilaian

Namun, menurut salah satu pengojek aplikasi, fitur penilaian tersebut tidak dapat dilihat secara detail oleh pengojek karena masuk ke dalam sistem yang ada di perusahaan.

"Memang kita bisa lihat nama, nomor telepon, dan alamat tujuannya. Tetapi, kalau review dikasih bintang berapa kita enggak bisa mengecek semua. Kita cuma dikasih lihat jumlah bintang kita sudah berapa. Soalnya itu ke sistem di kantor. Ya kita kerja sesuai job desk kita saja, balik ke diri masing-masing juga sih," kata Kurniawan, salah satu tukang ojek aplikasi yang ditemui di kawasan Senayan.

Beberapa hari terakhir masalah privasi pelanggan ojek berbasis aplikasi ramai mencuat di jejaring sosial.

Beberapa orang yang pernah menggunakan ojek berbasis aplikasi itu mengklaim bahwa mereka diganggu, bahkan diteror melalui SMS oleh pengojek yang mendapat penilaian buruk dari pelanggan.

Namun, pihak perusahaan penyedia jasa ojek berbasis aplikasi itu masih belum dapat dimintai keterangan resminya oleh Kompas.com mengenai masalah privasi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com