Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Opsi Kapolda Metro soal Ojek Berbasis Aplikasi

Kompas.com - 02/09/2015, 16:18 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian memberikan empat opsi terkait permasalahan ojek berbasis aplikasi. Tiap-tiap opsi itu juga disertai pertimbangan jika hal tersebut dipilih.

1. Pelarangan

"Ya, jelas, ada kepastian hukum. Namun, kerugiannya adalah kerugian sosial. Kenapa? Masyarakat ini tergantung pada market," kata Tito dalam diskusi soal ojek berbasis aplikasi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (2/9/2015).

Pasar, lanjut Tito, masih didikte oleh konsumen. Salah satunya soal konsumen yang menghendaki pelayanan lebih baik mengenai angkutan umum. "Bayaran lebih murah, kemudian lebih aman," kata Tito.

Masyarakat melihat fenomena bahwa ojek berbasis aplikasi lebih menguntungkan daripada ojek konvensional.

Misalnya, Go-Jek, yang memberikan promo tarif Rp 10.000. Ke mana pun penumpang diantar, keamanan mereka terjamin karena pengemudi ojek terdaftar.

2. Pembiaran

Opsi kedua adalah membiarkan ojek berbasis aplikasi terus beroperasi. Pembiaran ini, menurut Tito, memberikan kesan tidak ada kepastian hukum mengenai angkutan umum dan keselamatan penumpang.

"Ini mungkin bisa dijawab oleh Nadiem Makarim (CEO PT Go-Jek Indonesia), 'Pak, itu bus-bus yang terbakar banyak sekali, korbannya banyak sekali. Kalau naik Go-Jek, korbannya satu meninggal. Bus terbakar, seperti di pantura kemarin, korbannya banyak sekali. Enggak juga bisa menjamin roda dua akan enggak selamat,'" ujar Tito.

Bukan hanya tidak ada kepastian hukum dan keselamatan penumpang, pertimbangan lain jika ojek berbasis aplikasi dibiarkan adalah penyedia jasa angkutan umum lainnya akan rugi.

Penyedia jasa angkutan umum lainnya merasa ada kompetitor dengan bukti bahwa penghasilannya berkurang. Namun, sisi positifnya, ada masyarakat yang bisa ikut dalam ojek berbasis aplikasi.

Beberapa di antaranya adalah pengguna jasa transportasi, pengguna kurir, dan pengguna jasa pesan antar makanan.

"Kemudian keuntungan membuka lapangan pekerjaan. Itu juga fakta bagi kita. Salah satunya, alasan mendapat pemasukan tambahan dan lain-lain," kata Tito.

Misalnya, pembukaan pendaftaran di dua perusahaan ojek berbasis aplikasi, Go-Jek dan Grab Bike, pada bulan Agustus tahun ini diminati oleh ribuan orang.

Bahkan, tak sedikit dari mereka yang bergelar sarjana ikut serta menjadi pengemudi ojek berbasis aplikasi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com