Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Privasi Data Penumpang, Ini Pengakuan Pengemudi Go-Jek

Kompas.com - 08/09/2015, 16:56 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebuah artikel yang ditulis oleh Aditya Hadi di www.aitinesia.com mengangkat tentang dugaan pelanggaran privasi yang dilakukan pengojek berbasis aplikasi karena data-data penumpangnya bisa dilihat melalui aplikasi.

Aditya juga menampilkan beberapa screen shot yang berisi sejumlah pesan singkat atau SMS dari pengojek berbasis aplikasi yang menggoda, bahkan mengancam penumpangnya karena memberi review yang jelek terhadap jasa mereka.

Menanggapi hal tersebut, pengojek berbasis aplikasi yang tergabung di Go-Jek, Ervan (34), menegaskan bahwa pengojek tidak boleh berhubungan langsung dengan penumpangnya.

Hal itu pun diatur dalam peraturan perusahaan sejak pengojek mendaftar bekerja di sana. "Enggak boleh SMS langsung kayak begitu. Setahu saya sih, semuanya cuma boleh lewat aplikasi. Yang SMS langsung ke penumpang setahu saya juga enggak ada," kata Ervan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/9/2015) sore.

Ervan mengaku belum pernah menemukan cerita atau melihat sendiri temannya sesama pengojek berbasis aplikasi yang mengancam atau menggoda penumpangnya seperti yang tertera dalam artikel milik Aditya.

Jika ada penumpang yang memberi review jelek, pengojek tidak sampai kesal dan mengancam penumpang tersebut.

Hal seperti itu disebut Ervan sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka. "Kalau yang sudah-sudah teman ada yang kena komplain jelek, tetapi enggak komplain ke pelanggan," tutur Ervan.

Pengojek berbasis aplikasi lainnya, Sardi (25), juga mengungkapkan hal yang sama. Dia belum pernah menemukan ada pengojek yang berani mengancam, menggoda, atau mengganggu penumpangnya karena ke depannya pengojek itu tidak akan dipakai lagi jika ada order.

"Kita mana berani-lah, Mas. Sekarang saja saingannya sudah banyak, kok. Kalau pelanggan dikecewain, kita entar makan apa kalau enggak ada yang order-order lagi?" ujar Sardi.

Terlepas dari dugaan pelanggaran privasi tersebut, ada penumpang ojek berbasis aplikasi yang memang menyimpan nomor handphone si pengojek supaya bisa jadi tukang ojek langganan.

Salah satunya adalah Irene (23), warga Salemba, Jakarta Pusat. Irene mengaku menyimpan nomor pengojek dari Go-Jek untuk jaga-jaga agar dia bisa tahu apakah pengojek yang biasa dia pesan bisa mengantar dia atau tidak.

Namun, untuk memesan jasa pengojek, itu tetap harus melalui aplikasi. "Nomor abang ojeknya istilahnya buat jaga-jaga saja. Tukang ojeknya juga bilang kalau enggak boleh terima order kalau bukan dari aplikasi," kata Irene.

Kompas.com telah menghubungi CEO Go-Jek Nadiem Makarim untuk menanyakan dugaan pelanggaran privasi tersebut, tetapi Nadiem tidak merespons.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com