Tim Evaluasi Kinerja Akademik Perguruan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan Dikti) mencecar para pengurus dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait elemen apa saja yang dibutuhkan saat mengoperasikan sebuah perguruan tinggi.
Pemeriksaan yang bersifat diskusi dua arah itu dipimpin oleh Ketua Tim Evaluasi Kinerja Akademik Perguruan Tinggi Supriadi Rustad.
Sementara yang ditanyai adalah Ketua STIE ISM Rufman Effendy Akbar, Ketua Yayasan STIE ISM Muhammad Mardiana, dan Ketua Program S-2 Bobby Reza.
Supriadi bertanya mengenai data-data dasar, seperti jumlah mahasiswa dan jumlah lulusan. Namun, ketiga pengurus STIE ISM itu tidak menjawab berdasarkan data, tetapi mereka terlihat hanya berpikir beberapa saat dan menjawab dengan ragu-ragu seperti berdasarkan ingatan semata.
"Di sini mahasiswanya ada berapa banyak, Pak?" tanya Supriadi. "Totalnya sama angkatan lama dan sekarang ada 1.200. Kalau angkatan sekarang ada 300 mahasiswa, itu angkatan baru," jawab Rufman.
"Di sini ada berapa kelas? Satu kelas diisi berapa orang?" kata Supriadi melanjutkan pertanyaan berikutnya. "Ada empat kelas, Pak. Satu kelas ada 30 mahasiswa. Semuanya kelas karyawan, Pak. Mulainya malam," ucap Rufman. (Baca: Kemenristek dan Dikti Curigai Ijazah STIE ISM Tangerang)
"Loh, tadi katanya ada 300 mahasiswa. Kalau cuma ada empat kelas, dikali 30 orang, cuma 120 kan. Sisanya di mana?" ujar Supriadi keheranan.
Ketiga pengurus itu hanya bisa terdiam. "Bapak ini gimana, katanya ketua, tetapi jumlah mahasiswa tidak tahu, jumlah lulusan tidak bisa jawab, anggaran tahunan juga tidak bisa jawab," tutur Supriadi.
Semua kebingungan Supriadi dan tim dijawab satu per satu oleh tiga pengurus itu. Mereka beralasan bahwa jumlah mahasiswa 300 orang itu tidak hanya di sana, tetapi ada di cabang-cabang STIE ISM lainnya.
Rufman juga mengaku tidak bisa menjawab dengan detail karena sedang fokus mengurus gedung baru mereka di daerah Tigaraksa.
Karena mendapat jawaban berputar-putar, Supriadi dan tim pun mulai mengerucut ke persoalan utama.
"Saya tidak tahu ya, Bapak ini tidak mengerti sama sekali tentang perguruan tingginya. Saya tanya dosen di sini ternyata mereka guru sekolah menengah yang diperbantukan. Dosennya juga tidak terdaftar di sini. Apa kita tutup saja ya perguruan tinggi ini, kan mau pindah ke Tigaraksa juga, sementara di sini ditutup dulu," sebut Supriadi.
"Loh, jangan Pak, jangan," balas Rufman, Muhammad, dan Bobby secara bersamaan.
Dari pemeriksaan sementara, Supriadi menilai STIE ISM tidak layak sebagai perguruan tinggi. Namun, pemeriksaan masih berlanjut sehingga keputusan menunggu pemeriksaan rampung.
Nantinya, tim akan membuat surat rekomendasi ke Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berdasarkan hasil pemeriksaan, apakah akan membubarkan atau membina perguruan tinggi tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.