Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akal-akalan Penumpang Transjabodetabek Bekasi agar Tak Bayar Rp 9.000

Kompas.com - 12/09/2015, 14:53 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sistem pengoperasian transjabodetabek yang tak memungut bayaran bagi penumpang yang naik turun di dalam koridor transjakarta ternyata jadi celah bagi sebagian orang untuk memanfaatkan layanan bus tersebut secara sepihak.

Mereka naik transjabodetabek hanya pada saat bus tersebut berada di dalam busway, tetapi turun dari bus saat kendaraan telah keluar dari jalur khusus tersebut.

Para kru transjabodetabek menyebut para penumpang yang melakukan hal tersebut dengan istilah "ampas". Istilah ini diakui oleh Direktur Utama Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) Pande Putu Yasa selaku pihak yang menjadi operator bus.

Pande menyebut para "ampas" ini banyak ditemukan pada layanan transjabodetabek rute Bekasi. Ia menengarai, situasi ini disebabkan oleh jarak yang terlalu dekat antara titik pemberangkatan di Harapan Indah, Bekasi, dan halte transjakarta yang berada di paling ujung Koridor II, yakni Halte Pulogadung.

"Banyak yang memilih tidak naik dari Harapan Indah, tetapi naik angkot dulu ke halte transjakarta paling dekat, baru mereka naik bus kami. Pas pulangnya begitu juga. Begitu bus mau keluar dari Jakarta, mereka turun, terus lanjut naik angkot. Tujuannya supaya menghindari bayar Rp 9.000. Kalau naik angkot kan cuma bayar Rp 2.000," ungkap Pande kepada Kompas.com, Sabtu (12/9/2015).

Pande mengatakan, situasi ini menyebabkan banyaknya penumpang yang terangkut tak berbanding lurus dengan keuntungan yang didapat. Ia menilai, kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan usaha. Sebab, bila terus terjadi, hal ini berpotensi mendatangkan kerugian yang besar.

Atas dasar itu, Pande mengatakan bahwa pihaknya sedang mengevaluasi rute yang dilalui. Ia menyebutkan, tidak menutup kemungkinan nantinya bahwa rute yang akan dilalui diubah, yakni dengan tidak lagi melalui jalur transjakarta sebanyak yang sekarang.

"Lewat busway masih, tetapi tidak seperti yang sekarang karena yang sekarang jarak busway paling ujung dengan titik pemberangkatannya terlalu dekat. Mungkin nanti bisa saja kami ubah jadi lewat tol barat atau tol timur," ujar Pande.

Layanan transjabodetabek adalah layanan bus yang dirancang oleh Kementerian Perhubungan. Layanan bus ini dirancang untuk melayani rute Jakarta dan kota-kota penyangga.

Sejauh ini, ada empat rute yang dilayani oleh transjabodetabek. Selain Bekasi, tiga rute lainnya adalah rute Depok, Ciputat, dan Tangerang. Pande mengatakan bahwa situasi yang terjadi di rute Bekasi tidak terjadi di rute-rute lainnya. Ia mengatakan, sampai sejauh ini, operasionalisasi di rute-rute lainnya masih mendatangkan keuntungan bagi PPD.

"Ini terutama untuk rute Depok, yang baru beroperasi lima hari. Dari hari ke hari, jumlah penumpang dan keuntungan yang didapat terus bertambah," ucap Pande.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerebek Rumah Ketua Panitia Konser Lentera Festival Tangerang, Polisi Tak Temukan Seorang Pun

Gerebek Rumah Ketua Panitia Konser Lentera Festival Tangerang, Polisi Tak Temukan Seorang Pun

Megapolitan
Tunjuk Atang Trisnanto, PKS Bisa Usung Cawalkot Bogor Sendiri Tanpa Koalisi

Tunjuk Atang Trisnanto, PKS Bisa Usung Cawalkot Bogor Sendiri Tanpa Koalisi

Megapolitan
Heru Budi Minta Wali Kota Koordinasi dengan Polres Terkait Penanganan Judi Online

Heru Budi Minta Wali Kota Koordinasi dengan Polres Terkait Penanganan Judi Online

Megapolitan
Mobil Warga Depok Jeblos ke 'Septic Tank' saat Mesin Dipanaskan

Mobil Warga Depok Jeblos ke "Septic Tank" saat Mesin Dipanaskan

Megapolitan
Senyum Bahagia Anak Cilincing, Bermain Sambil Belajar Lewat Program 'Runcing'

Senyum Bahagia Anak Cilincing, Bermain Sambil Belajar Lewat Program "Runcing"

Megapolitan
Joki Tong Setan Pembakar 'Tuyul' Rumah Hantu di Pasar Rebo Terancam 5 Tahun Penjara

Joki Tong Setan Pembakar "Tuyul" Rumah Hantu di Pasar Rebo Terancam 5 Tahun Penjara

Megapolitan
Transaksi Judi Online Kecamatan Bogor Selatan Tertinggi, Perputaran Uang Rp 349 Miliar

Transaksi Judi Online Kecamatan Bogor Selatan Tertinggi, Perputaran Uang Rp 349 Miliar

Megapolitan
Ulah Jukir di Depan Masjid Istiqlal yang Berulang, Kini Palak “Tour Leader” Rp 300 Ribu dan Sopir Bus

Ulah Jukir di Depan Masjid Istiqlal yang Berulang, Kini Palak “Tour Leader” Rp 300 Ribu dan Sopir Bus

Megapolitan
Heru Budi Sebut Penjarah Aset Rusunawa Marunda Sudah Dihukum, Warga: Belum Ada Penangkapan

Heru Budi Sebut Penjarah Aset Rusunawa Marunda Sudah Dihukum, Warga: Belum Ada Penangkapan

Megapolitan
Dibakar Joki Tong Setan, Pemeran Tuyul Rumah Hantu Alami Luka Bakar 40 Persen

Dibakar Joki Tong Setan, Pemeran Tuyul Rumah Hantu Alami Luka Bakar 40 Persen

Megapolitan
Panitia PPDB Jakut Ingatkan Tak Ada Jalur Zonasi untuk Jenjang SMK

Panitia PPDB Jakut Ingatkan Tak Ada Jalur Zonasi untuk Jenjang SMK

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Ternyata Belum Laporkan Kasus Penjarahan, Masih Lengkapi Berkas

Pengelola Rusunawa Marunda Ternyata Belum Laporkan Kasus Penjarahan, Masih Lengkapi Berkas

Megapolitan
Akhirnya PKS Usung Anies dan Kader Sendiri pada Pilkada Jakarta 2024

Akhirnya PKS Usung Anies dan Kader Sendiri pada Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Pengalaman Buruk Rombongan Bandung Dikejar, Dipalak, dan Diancam Preman Jakarta Gara-gara Parkir

Pengalaman Buruk Rombongan Bandung Dikejar, Dipalak, dan Diancam Preman Jakarta Gara-gara Parkir

Megapolitan
Dapat Restu Maju Pilkada Bogor, Atang Trisnanto Kuatkan Tim Pemenangan

Dapat Restu Maju Pilkada Bogor, Atang Trisnanto Kuatkan Tim Pemenangan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com