JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta menyatakan bahwa penyebab sopir ugal-ugalan adalah sistem setoran yang masih dilakukan oleh operator. Namun, pegiat @NaikUmum, Adreas Lucky Lukwira mengatakan, penghapusan sistem setoran tersebut tidak berdampak pada kehati-hatian sopir.
"Kadishub (Andri Yansyah) tidak bisa juga beralasan sistem setoran sebagai penyebab terjadinya kecelakaan. Karena dengan sistem gaji pun masih banyak kecelakaan yang terjadi di Transjakarta," kata Andreas dalam keterangannya pada Kompas.com, Jakarta, Minggu (20/9/2015).
Andreas melanjutkan, dengan pembinaan yang baik, tingkat kecelakaan maupun kejahatan di angkutan umum bisa diminimalisir. Apapun itu sistemnya, gajian atau setoran, pembinaan tetap dibutuhkan.
"Sebaliknya tanpa pembinaan, maka kecelakaan dan kejahatan masih sangat mungkin terus terjadi meski sopir sudah pakai sistem gaji," kata Andreas.
Selesaikan bersama
Andreas mengatakan, kasus kecelakaan antara Kopaja S612 dengan sepeda motor di Warung Buncit merupakan pelajaran penting bagi pemerintah sebagai regulator dan Kopaja sebagai operator. Keduanya tidak bisa lepas tangan dan harus bekerja bersama.
"Operator angkutan umum mutlak harus melakukan pembinaan rutin kepada pekerjanya (awak). Kopaja harus lebih ketat lagi dalam pengawasan ke anggotanya," kata Andreas.
Sementara itu, pemerintah sebagai regulator harus bertanggung jawab. Sebab, mereka memiliki fungsi pembinaan dan penertiban. "Selama ini fungsi pembinaan (baik dalam pelayanan maupun keselamatan berlalu lintas) jarang dilakukan Dishub," kata Andreas.
Bahkan, lanjut Andreas, pemerintah baru muncul setelah ada kejadian, baik kecelakaan maupun kejahatan yang melibatkan angkutan umum atau awaknya. Sehingga, penumpang angkutan umum seringkali merasa "sendirian" di angkutan umum.
"Tidak terasa peran negara (melalui Dishub) yang melindungi mereka baik dari kecelakaan maupun kejahatan," kata Andreas.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta Andri Yansyah menilai, banyaknya sopir angkutan umum yang berkendara secara ugal-ugalan disebabkan masih diterapkannya sistem setoran. (Baca: Sistem Setoran dan Gaya Ugal-ugalannya Sopir Angkutan di Ibu Kota)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.