Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Besaran Pembayaran Transjabodetabek Tengah Dikaji

Kompas.com - 02/10/2015, 17:28 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta Andri Yansyah sedang mengkaji besaran pembayaran yang ideal untuk transjabodetabek dalam sistem rupiah per kilometer. Kajian dilakukan setelah menggelar pertemuan dengan operator transjabodetabek, Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD).

Andri mengaku belum mengetahui pasti berapa besaran pembayaran yang ideal untuk PPD. Sebab, kata dia, dibutuhkan kajian yang matang agar besaran tersebut dapat diterima semua pihak.

"Jadi, tidak bisa setelah ketemu, langsung ditentukan berapa. Karena harus dikaji dulu," kata dia saat dihubungi, Jumat (2/10/2015).

Andri mengaku belum mengetahui kapan kajian tersebut rampung. Yang pasti, kata dia, setelah kajian selesai dilakukan, pihaknya akan langsung melaporkannya ke Gubernur Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama untuk persetujuan.

"Setelah dapat persetujuan dari Pak Gubernur, langsung kita lelang di LKPP (lembaga kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah)," ujar dia.

Beberapa waktu lalu, Direktur Utama Perum PPD Pande Putu Yasa menyebut kajian yang dilakukan akan mempertimbangkan sejumlah aspek, seperti jumlah penumpang dan operasional.

Ia mengaku belum dapat memastikan perkiraan jumlah rupiah per kilometer yang akan diterima. Namun, ia memastikan besarannya akan lebih kecil dari yang akan diterima operator transjakarta. Sebab, kata dia, pembayaran dengan sistem rupiah per kilometer hanya diperuntukan bagi layanan transjabodetabek yang dilakukan di dalam busway.

Di luar busway, PPD rencananya akan tetap menarik tarif Rp 9.000 secara non tunai kepada penumpangnya.

"Artinya yang dibayar yang terintegrasi dengan sistem transjakarta saja. Kalau yang di luarnya tidak usah. Artinya nilai rupiah per kilometernya akan kecil. Lebih kecil dari transjakarta," kata dia saat dihubungi, Rabu (30/9/2015).

Layanan bus transjabodetabek adalah layanan bus yang dirancang oleh Kementerian Perhubungan. Layanan bus ini dirancang untuk melayani rute Jakarta dan kota-kota penyangga.

Di dalam kota Jakarta, bus transjabodetabek beroperasi di dalam busway dan tidak memungut biaya bagi penumpang yang naik dari halte transjakarta. Pengenaan biaya baru akan dilakukan saat bus keluar dari wilayah Jakarta.

Sistem pengoperasian bus transjabodetabek yang tak memungut bayaran bagi penumpang yang naik turun di dalam busway sebenarnya tidak menguntungkan bagi PPD. Beberapa waktu lalu, PPD sempat mengeluhkan mengenai banyaknya warga yang memanfaatkan naik transjabodetabek hanya pada saat bus tersebut berada di dalam busway, namun keluar dari bus saat kendaraan akan keluar dari jalur khusus tersebut. Akibatnya, jumlah penumpang yang diangkut tidak sebanding dengan pemasukan yang didapat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com