JAKARTA, KOMPAS.com — Mochammad Bayu (36 tahun) dan Karina Prilianti (35) seharusnya sedang menikmati bulan madu pada Kamis (10/3/2016). Namun, saat itu mereka justru berada di Mapolsek Pasar Minggu, Jakarta Selatan, memberikan keterangan kepada polisi dan wartawan.
Pernikahan yang semestinya digelar pada hari Minggu lalu terpaksa batal karena mereka ditipu oleh wedding organizer (WO), perusahaan penyedia jasa penyelenggaraan pernikahan.
"Streslah, sekarang lagi membicarakan sama keluarga jadinya bagaimana," kata Karina.
Kemalangan Bayu dan Karina berawal dari tawaran NS (35), pemilik Ghetar Wedding Planner, sebuah WO fiktif. NS merupakan teman Karina semasa SMA.
Bayu dan Karina yang sama-sama sibuk bekerja pun tergiur paket murah yang ditawarkan NS. Dengan anggaran Rp 65 juta, pengantin sudah bisa mendapatkan tata rias, seragam, gedung, katering, dan paket bulan madu ke Bali selama tiga hari dua malam.
"Karena kita lagi nyari cepat, oke juga dengan harga segitu," ujar Bayu.
Karina tak memiliki kecurigaan terhadap legalitas NS. Karina dan NS bertemu untuk membicarakan rencana pernikahannya. NS menunjukkan portofolio berupa album foto WO-nya.
"Di situ mulai tertarik karena dekorasinya sama seperti yang saya mau," kata Karina.
Sepakat menggunakan jasa NS, Bayu dan Karina mulai melakukan pembayaran secara bertahap. Dana Rp 65 juta ditransfer dengan cara tiga kali pengiriman.
Sisa pembayaran terakhir dilakukan pada Januari lalu. Total uang yang mereka kirimkan ke NS sebanyak Rp 109.775.000.
Sebagai WO, NS diketahui tidak memiliki kantor, pertemuan dengan kliennya pun selalu dilakukan di luar. Namun, hal ini tidak jadi masalah bagi Bayu dan Karina.
"Mereka selalu bawa kru dekorasi dan sebagainya," kata Bayu.
Lamaran yang diurus oleh NS pun berlangsung lancar pada Januari lalu. Kecurigaan baru muncul saat NS menghalang-halangi calon pengantin untuk bertemu dengan pihak gedung, yaitu Balai Sarwono di Cilandak, Jakarta Selatan.
"Selalu di-tackle tidak bisa ketemu," ujar Bayu.
Sehari sebelum pernikahan digelar, Bayu dan Karina pun mengecek kesiapan gedung setelah NS tak bisa dihubungi lagi. Pihak gedung mengaku NS belum melunasi biaya sewa dan baru membayar uang muka Rp 5 juta.