Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ayam Saja Kalau Mau Dipindahkan Disediakan Kandangnya"

Kompas.com - 08/05/2016, 08:34 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPR RI Komisi III, Masinton Pasaribu, mengunjungi warga RT 08/08 Lauser, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu malam (7/5/2016). Masinton mendengarkan keluhan warga dan bersiap membantu mereka.

"Saya bersedia menjadi bagian dari perjuangan bapak ibu semua. Perjuangan harus dilakukan bersama-sama. Berjuang tidak semudah membalik tangan. Tapi kita akan berjuang semaksimal mungkin, semampu saya, agar bapak ibu memperoleh hak-haknya," ujar Masinton.

Kepada politisi PDI-P itu warga mengeluhkan bahwa mereka telah menerima surat peringatan (SP) 1 dari Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Mereka diminta segera mengosongkan rumah mereka dan pindah karena wilayah tersebut akan diambil alih oleh Pemprov.

Tanah yang diakui milik PD PAM Jaya melalui sertifikat HGB 1621/Gunung itu telah ditempati warga sejak tahun 1955. Warga pun merasa ada kejanggalan dari sertifikat HGB PAM Jaya, karena mereka merasa Badan Pertanahan Nasional tidak pernah melakukan pengukuran.

"PAM Jaya tidak pernah menunjukkan sertifkat kan? Kita harus minta kejelasan, nanti sama-sama kita ke BPN," ujar Masinton.

Masinton yang merupakan wakil rakyat dari daerah pemilihan Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan membagikan nomor ponselnya kepada warga. Ia minta warga agar mengadukan ke dirinya jika ada intimidasi dari aparat TNI atau Polri.

Dalam waktu dekat, Masinton siap mengawal warga memperjuangkan haknya ke BPN dan pemerintah kecamatan.

"Kita berjuang agar bapak ibu diperlakukan secara manusiawi. Ayam saja kalau mau dipindahkan disediakan kandangnya. Tuntut negara memenuhi hak-hak kewarganegaraannya. Orang dari lahir sudah di sini kok," ujarnya.

Warga sebelumnya telah menolak sosialisasi dari kecamatan dan kelurahan hingga tiga kali. Mereka enggan hadir karena menilai kehadiran itu berarti mengiyakan.

Terkait hal ini, Masinton mengatakan wajar saja warga menolak undangan sosialisasi karena mereka hanya akan diberitahu untuk pindah. Ia juga menyebut pejabat setempat tidak kreatif karena tidak mampu menyampaikan sosialisasi dengan cara lain seperti edaran tertulis.

"Kita datangi camat Senin besok, kita harus tahu dong pemerintah mau gusur masa tidak ada alternatifnya," kata Masinton.

Masinton menjadi satu dari sekian pihak yang telah didatangi oleh warga. Warga sudah mengadukan masalahnya ke Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Komnas Perempuan, DPRD DKI, hingga Komnas HAM yang sebelumnya meminta agar pemerintah menunda penggusuran karena akan diadakan mediasi dengan PD PAM Jaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah Bakal Dipindahkan ke Panti ODGJ di Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com