Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernyataan Ahok Menyinggung PDI-Perjuangan

Kompas.com - 22/08/2016, 08:40 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hubungan antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dengan kader PDI-P sebenarnya sudah semakin harmonis. Hubungan baik itu semakin terjalin setelah Basuki atau Ahok mendatangi Kantor DPP PDI-Perjuangan di Jalan Diponegoro dan menemui Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Rabu (17/8/2016).

Dalam pertemuan itu, Ahok menyampaikan kepada Megawati secara resmi dan kepartaian bahwa dia sudah memilih jalur partai politik sebagai kendaraannya dalam Pilkada DKI 2017. Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto yang hadir juga dalam pertemuan itu mengatakan Ahok diterima sesuai mekanisme partai.

Ahok diterima dalam kapasitasnya sebagai bakal calon gubernur. Kader PDI-P yang menerima Ahok juga mengenakan seragam partai. Seolah ingin menunjukan bahwa pertemuan itu adalah pertemuan resmi antara Ahok dan PDI-P yang dilakukan di "Markas Banteng".

Bukan pertemuan personal yang berdasarkan kedekatan individu. Hasto juga mengatakan, Ahok menyampaikan keinginannya untuk didukung oleh PDI-P. Tidak hanya itu, Ahok juga menyampaikan keinginannya untuk kembali berpasangan dengan Djarot.

"Di dalam kunjungan tersebut disampaikan harapan Pak Ahok untuk mendapatkan dukungan dari PDI Perjuangan," kata Hasto. (Baca: Mengapa Ahok Masih Butuh PDI-P?)

Ahok bantah minta dukungan

Hubungan yang erat itu kembali merenggang setelah Ahok membuat sebuah pernyataan. Ahok mengatakan, kedatangannya ke Kantor DPP PDI-P, di Jalan Diponeoro, Jakarta, bukan untuk mendaftarkan diri sebagai bakal cagub DKI dari PDI-Perjuangan. Bukan juga untuk meminta dukungan.

Ahok mengaku datang ke sana untuk meminta izin berpasangan kembali dengan Ketua DPP PDI-P Bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI 2017.

"Jadi saya datang ke DPP itu, menghadap Ibu (Megawati Soekarnoputri) sebagai ketum. Kan ada protokolnya, saya tanyain 'Eh saya sudah mau maju nih, sudah ada tiket 3 nih, aku minta Djarot boleh enggak?'" ujar Ahok.

Ahok mengatakan, secara pribadi Megawati setuju dengan permintaan itu. Namun, PDI-P masih harus melaksanakan mekanisme partai terlebih dahulu.

"Parpol kan mesti dirapatkan, ada prosedur, ya sudah, silakan dirapatkan," ujar Ahok.

"Saya enggak minta (dukungan) PDI-P loh, saya minta Djarot mau enggak ikut saya jadi wakil," tambah Ahok. (Baca: Ahok: Saya Bukan Minta Dukungan PDI-P, Saya Cuma Minta Djarot )

PDI-P meradang

Setelah pernyataan itu keluar, sejumlah elit PDI-P angkat bicara. Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto meminta Ahok agar hati-hati dalam berbicara.

"Kami berharap Pak Ahok juga berdisiplin dalam berbicara. Beliau adalah seorang pemimpin. Pemimpin itu menyatakan. Pemimpin itu bukan aku," kata Hasto.

Ketua DPP PDI-P Andreas Pareira berbicara lebih keras lagi. Dia menilai Ahok telah bersikap pragmatis dan hanya menilai partai politik sebagai kuda tunggangan untuk mencapai kekuasaan di Jakarta saja. Andreas juga mengatakan Ahok telah memecah belah PDI-P.

Ahok disebut mengadu domba Ketua DPP PDI-P bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan Djarot Saiful Hidayat yang juga Wakil Gubernur DKI Jakarta dengan PDI-P.

"Pola yang dipakai Ahok (adalah) mengadu domba, memecah belah antara kader dengan kader. Bahkan, Ahok dengan licik mencoba mengadu domba antara Djarot dengan partainya, PDI-P," ujar Andreas. (Baca: Rekam Jejak Loyalitas Ahok Buruk, PDI-P Pikir Ulang untuk Mengusung)

PDI-P memang belum menentukan cagub DKI yang akan mereka usung. Meskipun, beberapa hari ini nama Ahok diprediksi kuat akan menjadi cagub yang diusung. Dengan adanya ketersinggungan ini, apakah PDI-P tetap mengusung Ahok?

Kompas TV Ahok Yakin Didukung PDI-P dalam Pilkada DKI Jakarta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com